JAKARTA, KOMPAS.TV - Saat melakukan hal baru, kita pasti akan dipenuhi dengan ketakutan dan kekhawatiran. Apalagi, jika hal-hal tersebut memang berada di luar jangkauan kita.
Pasalnya, menurut University of The People, ketakutan akan perubahan terjadi karena otak kita dirancang untuk merasa tenang saat menemukan atau mengetahui sesuatu yang sudah familier. Saat tidak tahu apa yang akan terjadi, kita cenderung membuat skenario yang belum pasti.
Hal-hal baru atau pertama kali ini juga dibahas oleh Bani Dattu dan Anya dalam siniar Kosan HAI bertajuk “Semua Tentang "Pertama Kali"” yang dapat diakses melalui dik.si/KosanHAIE8. Pasalnya, kehidupan manusia tak lepas dari hal-hal baru.
Ternyata, ketakutan akan hal-hal baru ini juga memiliki istilahnya sendiri, yaitu neofobia. Dilansir Very Well Mind, fobia ini memang tergolong rumit sebab diperlukan beberapa gejala khusus untuk mendiagnosisnya ke fobia yang lebih spesifik.
Baca Juga: 5 Alasan Mengapa Anak Tak Mau Makan
Adapun gejala ketakutan ini bisa berkisar dari ringan hingga berat. Bahkan, ketakutan yang berlebihan dapat berdampak serius pada kehidupan yang ditandai dengan terbatasnya hubungan seseorang dengan orang lain.
Fobia ini pun bisa disebabkan oleh beberapa faktor. Beberapa di antaranya adalah memiliki teman dengan tingkat kecemasan ekstrem dan pernah mengalami pengalaman yang menyakitkan atau traumatis saat pertama mencoba hal-hal baru.
Neofobia dapat menyebabkan gejala fisik, psikologis, dan perilaku. Ada beberapa gejala fisik dari fobia ini, yaitu sesak napas, pusing, meningkatnya detak jantung, mual, dan gemetar. Sementara itu, gejala psikologis mencakup rasa cemas, pikiran buruk, atau ketakutan yang berlebihan.
Respons fisik dan psikologis yang dialami orang ketika dihadapkan dengan hal-hal baru berkontribusi pada tanda-tanda perilaku fobia. Itu sebabnya, orang dengan fobia ini biasanya menghindari sesuatu yang baru pertama kali mereka lakukan atau menahannya dengan tekanan yang ekstrem.
Orang dengan ketakutan berlebih tidak semerta-merta didiagnosis sebagai neofobia. Hal ini disebabkan kondisi ini bukan termasuk DSM-5. Sebaliknya, mereka mungkin didiagnosis dengan fobia spesifik jika gejalanya memenuhi kriteria berikut.
Untuk dapat didiagnosis dengan fobia spesifik, gejala ini harus berpengaruh terhadap hidup selama enam bulan terakhir atau lebih. Selain itu, tak ada pula gejala gangguan mental yang cocok dengan kondisi ini.
Memiliki perasaan takut atau cemas saat mencoba hal baru adalah hal yang wajar. Namun, kita juga tak boleh berada dalam ketakutan itu secara berlarut-larut sebab bisa berpengaruh terhadap kehidupan kita.
Baca Juga: 4 Tips Mulai Berinvestasi dari Profesional
Untuk mengatasinya, kita perlu menghadapinya secara perlahan. Jika masih takut, berikan waktu sejenak agar siap melakukannya. Misalnya, menarik napas secara perlahan dan meyakinkan kalau diri akan baik-baik saja.
Yakinkan pula kalau proses ini nantinya akan memberi manfaat bagi diri sendiri. Kalau bisa, lakukanlah secara perlahan agar prosesnya tak membebani kita. Misalnya, saat mendapat tugas baru, selesaikanlah dengan perlahan.
Lalu, bagaimana Bani Dattu dan Anya menanggapi pengalaman pertama mereka? Yuk, langsung aja dengerin siniar Kosan HAI episode “Semua Tentang "Pertama Kali"” yang dapat diakses melalui dik.si/KosanHAIE8.
Ikuti juga siniarnya agar kalian tak tertinggal tiap ada episode terbarunya. Soalnya, di sana, ada banyak pula obrolan seru dan menarik seputar tren yang sedang viral di kalangan Gen Z.
(Alifia Putri Yudanti dan Ikko Anata)
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.