BEIJING, KOMPAS.TV — Berbagai universitas di China hari Selasa (29/12/2022) memulangkan mahasiswanya saat pemerintah memperketat kontrol anti penyebaran virus Covid-19 dan mencoba untuk mencegah lebih banyak protes.
Kebijakan itu diambil setelah massa yang marah dengan pembatasan "nol COVID" yang parah meminta Presiden Xi Jinping untuk mengundurkan diri dalam pertunjukan terbesar perbedaan pendapat publik dalam beberapa dekade.
Seperti laporan Associated Press pada 29/11/2022, polisi turun ke jalan dalam jumlah besar, tidak ada aksi protes di Beijing, Shanghai atau kota-kota besar lainnya hari Selasa
Otoritas China mulai Senin melonggarkan beberapa pembatasan anti-virus sebagai upaya meredakan kemarahan publik setelah protes akhir pekan di setidaknya delapan kota.
Tetapi pemerintah China menegaskan strategi "nol COVID", yang telah mengurung jutaan orang di rumah mereka, adalah upaya untuk mengisolasi setiap infeksi.
Universitas Tsinghua, almamater Xi Jinping, tempat para siswa melakukan protes hari Minggu, dan sekolah lain di Beijing dan provinsi selatan Guangdong mengatakan mereka melindungi siswa dari Covid-19.
Tetapi menyebarkan mereka ke kampung halaman yang jauh juga mengurangi kemungkinan lebih banyak aktivisme menyusul protes di kampus akhir pekan lalu.
Baca Juga: Kebijakan "Zero COVID" di China Picu Kemarahan Publik Terbesar Selama Pemerintahan Xi Jinping
Beberapa universitas mengatur bus untuk membawa siswa ke stasiun kereta. Mereka mengatakan kelas dan ujian akhir akan dilakukan secara online.
"Kami akan mengatur agar siswa bersedia untuk kembali ke kampung halaman mereka," kata Universitas Kehutanan Beijing di situs webnya. Dikatakan fakultas dan mahasiswanya semua dites negatif untuk virus.
Kampus adalah sarang aktivisme selama dorongan terakhir untuk reformasi demokrasi pada 1980-an, yang berpuncak pada gerakan yang dipimpin mahasiswa tahun 1989 yang berpusat di Lapangan Tiananmen Beijing yang dihancurkan oleh tentara.
Dengan memulangkan mahasiswa, pihak berwenang berharap untuk "meredakan situasi," kata Dali Yang, pakar politik China di University of Chicago.
“Bagi mahasiswa, kampus telah dikunci selama berbulan-bulan. Bagi yang lain, tentu saja, prospek pekerjaan telah hancur, bisnis dan semua itu menambah frustrasi. Ada sedikit kecemasan,” kata Yang.
Pihak berwenang memerintahkan pengujian massal dan memberlakukan kontrol lain di berbagai wilayah di seluruh China menyusul lonjakan infeksi.
Tetapi langkah untuk membubarkan siswa tidak biasa pada saat banyak kota memberi tahu publik untuk menghindari perjalanan dan memberlakukan kontrol pada pergerakan.
Baca Juga: Pemerintah China Longgarkan Pembatasan Ketat Covid-19 Usai Protes Rakyat yang Meluas
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.