JAKARTA, KOMPAS.TV - Penurunan stunting menjadi salah satu isu strategis pada Muktamar ke-48 Muhammadiyah- 'Aisyiyah yang berlangsung pada 18-20 November 2022, di Solo, Jawa Tengah.
Penurunan stunting menjadi concern ‘Aisyiyah dikarenakan tidak ingin Indonesia mengalami kemandegan generasi di masa depan.
Sebab itu, Tri Hastuti Nur Rochimah selaku Sekretaris Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah, menyebut pihaknya menginisiasi program Rumah Gizi untuk mengupayakan penurunan stunting.
"Rumah Gizi merupakan upaya penurunan stunting berbasis komunitas. Pendekatan berbasis komunitas sangatlah penting mengingat Indonesia merupakan negara yang masyarakatnya bersifat komunal.” kata Tri Hastuti dalam keterangan terlutis yang diterima KOMPAS.TV, Kamis (17/11/2022).
Dia mengungkapkan mengungkapkan, terdapat tujuh program dalam Rumah Gizi, diantaranya edukasi bagi ibu hamil, ibu menyusui, maupun remaja perempuan; konseling gizi maupun menyusui; engolahan makanan bergizi; pemberian makanan bergizi.
Kemudian lumbung gizi bisa berupa kebun, kolam, atau ternak untuk memenuhi kebutuhan sumber gizi) 6) sanitasi dan PHBS; serta dukungan keluarga maupun tokoh agama dan masyarakat.
"Apa yang dilakukan ‘Aisyiyah melalui Rumah Gizi ini, diharapkan dapat memberikan kontribusi pada 5 pilar penurunan stunting sebagaimana menjadi bagian dari strategi percepatan penurunan stunting," ujarnya.
Tri menyampaikan, kelima pilar tersebut meliputi komitmen dan visi pimpinan; kampanye dan perubahan perilaku; komitmen politik dan akuntabilitas; konvergensi, koordinasi, konsolidasi program; ketahanan pangan, dan pemantauan evaluasi.
Baca Juga: Persiapan Muktamar Muhammadiyah dan Aisyiyah ke-48, Sidang Pleno 1 Telah Digelar 5 November Kemarin
Dalam hal ini, lanjut dia, secara khusus Rumah Gizi akan berkontribusi pada pilar kampanye dan perubahan perilaku serta ketahanan pangan.
Menurut dia, stunting disebabkan oleh banyak faktor. Terdapat penyebab langsung, seperti kekurangan asupan gizi, penyakit infeksi, problem akses layanan kesehatan, sanitasi, hingga pola asuh.
Selain itu, masalah stunting, juga dapat datang dari problem kemiskinan, budaya, hingga ketidakadilan gender. Lantaran kompleksnya penyebab stunting, jelas Tri, ‘Aisyiyah menekankan pentingnya pendekatan yang komprehensif dan menyentuh pula akar masalah.
Sementara itu, Ketua Umum Pimpinan Pusat ‘Aisyiyah Siti Noordjannah Djohantini menyebut isu stunting ini menjadi penting karena Indonesia masih dihadapkan pada problem tingginya angka stunting.
Berdasarkan hasil riset studi status gizi balita, prevalensi stunting di Indonesia masih 27,67 persen. Angka prevalensi stunting tersebut masih di atas ambang batas standar WHO yaitu 20%
Padahal, pemerintah telah menetapkan target penurunan angka stunting pada tahun 2024 mencapai 14%.
“Target penurunan stunting yang harus dicapai dua tahun lagi ini tentu memerlukan kerja keras dan kolaborasi banyak pihak, baik itu pemerintah termasuk organisasi masyarakat, seperti ‘Aisyiyah,” ujar Noordjannah.
Dia mengingatkan cita-cita pembangunan Indonesia untuk mewujudkan Generasi Emas di tahun 2045. Menurut Noordjannah, pencegahan stunting harus menjadi prioritas agar harapan tersebut bisa terealisasi.
Baca Juga: Haedar Nashir Pastikan Wapres Hadir dan Menutup Muktamar Muhammadiyah di Solo
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.