JAKARTA, KOMPAS.TV - Direktur Utama PAM Jaya Arief Nasrudin angkat suara soal air tanah di Jakarta Utara yang disebut tercemar bakteri Escherichia coli (E-coli).
Seperti diketahui, pencemaran air tanah di Jakarta Utara ini diungkap oleh Ketua Komisi D DRPD DKI Jakarta Ida Mahmudah.
Arief menjelaskan pencemaran itu disebabkan air tanah yang mulanya digunakan secara eksploitatif dan lapisan tanah semakin tipis.
"Kemudian (tanah) mudah korosi. Pada saat korosi, kan di rumah itu ada septic tank dan sumur yang berdekatan," ucapnya dikutip dari Kompas.com, Senin (14/11/2022).
"Jadi, itu yang kemudian tak ada batasan di antara septic tank dan sumur sehingga air bersih yang ada di bawah tanah mudah terkontaminasi," lanjut dia.
Arief menambahkan kadar pencemaran E-Coli di wilayah pesisir Jakarta memang cukup tinggi. Namun, dalam kesempatan itu, ia mengaku tak ingin membuat warga merasa khawatir karena adanya pencemaran tersebut.
Baca Juga: Anies Teken Pergub Nomor 93 Tahun 2021, Penggunaan Air Tanah di Jakarta Mulai Dilarang Tahun Depan
PAM Jaya, kata Arief, memang memiliki pekerjaan rumah untuk menyediakan kebutuhan air bersih melalui pipa di sana, sehingga masalah cemaran air tanah ini bisa teratasi.
"Jadi E-Coli nya sudah cukup besar, tinggi, terutama di daerah Jakarta yang berdekatan dengan laut ya," ungkapnya.
Ia mengingatkan warga agar memasak air tanah dengan matang untuk meminimalisir pencemaran E-Coli.
"Saat ini tetap harus tetap dipastikan airnya dimasak dengan matang ya supaya benar-benar itu bakteri (E Coli) mati," urai Arief.
Sebelumnya Ida Mahmudah menuturkan, berdasarkan laporan yang diterimanya, pencemaran E-Coli pada air tanah di Jakarta Utara melebihi batas normal.
"Air tanah itu dia punya bakterinya yang luar biasa. Di Jakarta, terutama di Jakarta Utara," ujar Ida, kepada Kompas.com, 27 September 2022 lalu.
Anggota Fraksi PDI-P itu menyebutkan, pencemaran bakteri dapat berdampak pada anak-anak yang mengonsumsi air tanah. Menurut Ida, anak-anak dapat menderita stunting atau kurang gizi kronis jika terlalu sering mengonsumsi air yang tercemar E-Coli.
"Dampak daripada bakteri E-Coli yang tinggi ini kepada anak-anak kita. Salah satu dampaknya adalah stunting. Nah ini sayang kalau Gubernur (DKI Jakarta) tidak memperhatikan ini," tutur Ida.
Ida menduga, air tanah di Jakarta Utara tercemar E-coli lantaran jarak tangki septik atau wadah pengolahan limbah cair dari kloset terlalu dekat dengan sumber pengambilan air tanah. Hal ini terjadi karena permukiman penduduk yang terlalu padat.
"Antara septic tank dengan pengambilan air tanah ini jaraknya lumayan dekat. Nah ini yang menjadi salah satu penyebabnya," tutur Ida.
Baca Juga: Krisis Air Bersih Sejak 1980, Begini Kondisi Air Tanah di Kawasan Muara Angke Jakarta
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.