JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden RI Joko Widodo menggelar pertemuan bilateral dengan Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden menjelang Konferensi Tingkat Tinggi (KTT) G20 di Bali, Senin (14/11/2022). Pertemuan ini dilaporkan menghasilkan sejumlah poin kerja sama antara Indonesia dan AS.
Pengamat hubungan internasional dari Universitas Padjajaran, Teuku Rezasyah menyebut pertemuan Jokowi-Biden menunjukkan bahwa Washington seolah “menganakemaskan” Indonesia belakangan ini.
Ia menyebut AS sepertinya khawatir Indonesia akan terbujuk pengaruh China yang tengah memperkuat pengaruh di kawasan Indo-Pasifik.
"Amerika Serikat terlihat menganakemaskan Indonesia sekarang. Amerika Serikat terlihat khawatir Indonesia akan menjadikan China sumber inspirasi pembangunan,” kata Teuku Rezasyah dalam siaran Kompas TV, Senin (14/11).
Baca Juga: Joko Widodo & Joe Biden Bahas Isu Strategis Global dalam Pertemuan Bilateral di G20
Biden dan Jokowi disebut menyepakati delapan item kerja sama. Teuku menyebut poin-poin kerja sama ini bisa menjadi modal mewujudkan visi Indonesia pada 2030 dan 2045.
Kerja sama yang diteken antara lain di bidang millenium challenge cooperation dan sustaining marine and fishing biodiversity.
"Ini akan membantu global maritime fulcrum Indonesia dan pemberdayaan pulau-pulau terluar,” kata Teuku.
AS dan Indonesia pun menyepakati kerja sama tentang penangkapan dan penyimpanan karbon yang melibatkan Exxon Mobil dan Pertamina. Kerja sama miliaran dolar AS ini disebut menguntugkan Indonesia karena kredibilitas global Exxon berada di atas Pertamina.
Selain itu, Teuku juga menyebut AS-Indonesia menyepakati kerja sama tentang pengembangan kapasitas penjaga pantai yang melibatkan Bakamla RI. Kerja sama ini disebut bisa meningkatkan kemapuan RI menjaga zona ekonomi eksklusif (ZEE).
Indonesia juga dilaporkan menjalin kerja sama dengan AS tentang investasi di bidang suplai pangan dan rantai pasok kritis. Kerja sama ini disebut berguna untuk menjamin ketahanan pangan Indonesia.
Akan tetapi, Teuku menyebut pemerintah mesti melakukan aksi konkret untuk menyambut payung kerja sama yang telah disiapkan Jokowi dan Biden. Ia menyebut masih ada pekerjaan rumah di tingkat kementerian, pemerintah pusat, dan pemerintah daerah.
"Saya harap kita gunakan momentum ini untuk benar-benar bergerak dalam koridor hukum yang sama, kemudian dalam standar-standar internasional yang berlaku di dunia ini, yakni good governance, good corporate-governance, human development index, kemudian corruption index, kemudian rules of law. Jadi semua prinsip tata kelola yang baik itu harus kita praktikkan sekarang juga,” kata Teuku.
“Sehingga AS yakin, Indonesia bukan hanya tanda tangan MoU, tetapi kerja keras secara nyata,” pungkasnya.
Baca Juga: Diberitakan Masuk RS, Menlu Rusia Sergey Lavrov: Ini Saya di Hotel, Lagi Baca Materi untuk KTT G20
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.