BEIJING, KOMPAS.TV - Pemerintah China menyambut positif tahap uji coba rangkaian kereta api cepat Jakarta-Bandung yang dikirimkan dari China pada September 2022 lalu.
Juru bicara Kementerian Luar Negeri China MFA Zhao Lijian di Beijing, Kamis (10/11/2022) mengatakan, "Keberhasilan uji coba ini merupakan langkah maju dalam persiapan pengoperasian kereta cepat Jakarta-Bandung."
Menurut Lijian, kereta cepat Jakarta-Bandung adalah proyek kerja sama berkualitas tinggi antara China dan Indonesia dalam kerangka Prakarsa Sabuk Jalan (Belt and Road Initiative/BRI).
"Ini juga merupakan bentuk kerja sama yang saling menguntungkan antara China dan tetangganya berdasarkan prinsip konsultasi ekstensif, saling berkontribusi, dan membawa manfaat bersama," ujar Zhao.
Uji coba pada sistem katenari (catenary system) kereta cepat Jakarta-Bandung dimulai pada Rabu (9/11/2022) ditandai dengan keberangkatan kereta rel listrik (electric multiple unit/EMU) buatan China secara perlahan dari Stasiun Tegalluar, Bandung, Jawa Barat.
Uji kelayakan tersebut bertujuan untuk memastikan bahwa peralatan catu daya kereta cepat telah memenuhi persyaratan yang diperlukan untuk melakukan serangkaian uji coba secara terpadu.
Dengan kecepatan yang dirancang hingga 350 kilometer per jam, kereta cepat Jakarta-Bandung yang dibangun dengan teknologi China itu akan memangkas waktu perjalanan dari lebih dari tiga jam menjadi hanya sekitar 40 menit.
Baca Juga: Biaya Kereta Cepat Bengkak Jadi Rp112 T, Butuh Tambahan Duit Negara kalau Mau Selesai 2023
Biaya proyek Kereta Cepat Jakarta-Bandung (KCJB) terus membengkak. Dari yang tadinya total 6,071 miliar dollar AS, menjadi 7,5 miliar dollar AS atau sekitar Rp112,5 triliun (asumsi kurs Rp15.000).
Direktur Utama PT Kereta Api Indonesia Didiek Hartantyo menyatakan, hingga 15 September 2022, biaya proyek itu naik 1,449 miliar dollar AS atau Rp21,74 triliun dari rencana awal. Hitungan itu berdasarkan tinjauan terbaru Badan Pengawasan Keuangan dan Pembangunan (BPKP) dan Komite KCJB.
Sebelumnya, berdasarkan perhitungan dan tinjauan BPKP pada 9 Maret 2022, pembengkakan biaya hanya sebesar 1,17 miliar dollar AS atau Rp17,64 triliun.
"Ini setelah di-review kembali oleh BPKP dan ini sudah dibahas oleh komite, maka angka yang muncul saat ini cost overrun menjadi 1,449 miliar dollar AS," ujar Didiek dalam Rapat Kerja Komisi VI DPR , Rabu (9/11/2022).
Ia menjelaskan, tambahan biaya itu akan dibayar oleh konsorsium BUMN Indonesia dan China sebesar 25 persen dan 75 persen penarikan pinjaman atau utang dari China Development Bank (CDB).
Nah, 25 persen yang jadi jatah konsorsium RI-China tercatat sebesar Rp5,435 triliun. Dari jumlah itu, 60 persennya (Rp3,261 triliun) akan dibayarkan oleh Indonesia, dan 40 persen (Rp2,174 triliun) dari pemerintah China.
"Dari Rp21,7 triliun ini, maka harapannya 25 persen dipenuhi oleh ekuitas, 60 persen dipenuhi dari porsi Indonesia dan China 40 persen," ujar Didiek.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.