WASHINGTON, KOMPAS.TV - Amerika Serikat (AS) membeberkan ancaman ke Pemimpin Korea Utara Kim Jong-Un, kepemimpinannya akan berakhir jika menggunakan senjata nuklir.
Hal itu terungkap dalam strategi militer terbaru AS yang dirilis oleh pemerintahan Presiden Joe Biden.
Strategi tersebut dirilis Pentagon, Kamis (27/10/2022), secara gabungan dalam tiga dokumen kebijakan nasional, yaitu Strategi Pertahanan Nasional, Ulasan Postur Nuklir, dan Ulasan Rudal Pertahanan.
Laporan tersebut menguraikan berbagai tindakan yang diambil AS untuk mencegah dan mempertahankan diri dari sejumlah tantangan.
Baca Juga: Bek Arsenal Pablo Mari Jadi Korban Penusukan Massal di Pusat Perbelanjaan, Satu Orang Tewas
Hal itu termasuk yang ditimbulkan oleh China, Rusia, Iran, dan Korea Utara.
Tetapi setelah kebijakan kritis administrasi Biden lainnya, Strategi Keamanan Nasional hanya menyebutkan singkat tentang Korea Utara awal bulan ini.
Dalam rilis terbaru ini, para pejabat AS melangkah lebih jauh dengan mengeluarkan ancaman langsung dan eksplisit ke Pyongyang.
“Strategi kami untuk Korea Utara adalah mengakui ancaman yang ditimbulkan oleh nuklir, kimia, rudal dan kemampuan konvensionalnya,” bunyi pernyataan Ulasan Postur Nuklir dikutip dari Newsweek.
“Dan khususnya kebutuhan untuk menjelaskan kepada rezim Kim konsekuensi mengerikan jika menggunakan senjata nuklir,” tambahnya.
“Setiap serangan nuklir oleh Korea Utara terhadap AS atau sekutu dan partnernya tak bisa diterima dan akan menghasilkan akhir dari rezim,” lanjutnya.
Baca Juga: Cara Kim Jong-Un Tangkal Ancaman Kelaparan di Korea Utara, Bangun Pabrik Es Krim
Ulasan itu juga mengatakan tak ada skenario rezim Kim Jong-un akan meluncurkan senjata nuklir dan bisa selamat.
Pernyataan itu menunjukkan tensi antara Washington dan Pyongyang yang terus meningkat ke level yang tak pernah dilihat sejak 2017.
Kepemimpinan AS dan Korea Selatan saat ini memang lebih keras dalam memperlakukan Korea Utara ketimbang sebelumnya.
Baik AS dan Korea Selatan saat ini terus meningkatkan latihan gabungan di semenanjung Korea untuk mengantisipasi pergerakan Korea Utara.
Sumber : Newsweek
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.