PONTIANAK, KOMPAS.TV – Menteri Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Mendikbudristek) Nadiem Anwar Makarim melakukan kunjungan kerja ke Provinsi Kalimantan Barat (Kalbar) sejak Senin, (24/10/2022).
"Hari ini kami bersyukur mendengar langsung bahwa berbagai program dan kebijakan yang kami upayakan selama ini mulai dirasakan dampak positifnya," tutur Mendikbudristek usai berdialog dengan para Kepala Sekolah Penggerak di SD Negeri 28 Pontianak Utara.
Wali Kota Pontianak Edi Rusdi Kamtono memberi apresiasi kehadiran Mendikbudristek di Kota Pontianak. "Hari ini menjadi istimewa bagi kami khususnya para guru, karena informasi yang selama ini kami terima bisa langsung didengarkan dari Mendikbudristek," ucap Edi.
Terobosan Mendikbudristek, lanjut Edi, akan dirasakan hasilnya setelah lima hingga sepuluh tahun ke depan.
Edi berharap perubahan ini akan terus berlangsung dan program unggulan Mendikbudristek dapat mentransformasi pendidikan khususnya di Kota Pontianak.
"Mari kita dukung langkah Mendikbudristek untuk perubahan lebih baik bagi sistem pendidikan kita," ajak Wali Kota Pontianak.
Dukungan program Merdeka Belajar turut disampaikan Anggota Komisi X Dewan Perwakilan Rakyat Republik Indonesia (DPR RI) Adrianus Asia Sidot.
"Semoga program ini membawa perubahan bagi kemajuan pendidikan di Indonesia, khususnya di Kalimantan Barat, dan Kota Pontianak dapat menjadi pionir," pungkas Adrianus.
Nadiem juga menerima banyak masukan dari para kepala sekolah dan guru dalam sesi diskusi.
Masukan tersebut antara lain penyederhanaan proses administrasi agar tidak memberatkan guru, rekrutmen PPPK, penyempurnaan Platform Merdeka Mengajar, dan implementasi Permendikbudristek terkait penugasan Guru Penggerak menjadi Kepala Sekolah.
Baca Juga: Mendikbudristek: Transformasi Teknologi Berdampak pada Sektor Pendidikan
"Tadi, dalam pertemuan dengan Bapak Gubernur, Bapak Wali Kota, dan Bapak Bupati kami dapatkan dukungan dan masukan atas program-program Merdeka Belajar. Ini penting sekali untuk terus kita kawal bersama," imbuh Nadiem.
Mendikbudristek memaparkan, semua masukan tersebut akan dicermati dan menjadi bahan evaluasi guna perbaikan program Merdeka Belajar.
"Masukan bapak ibu guru sangat berharga bagi kami. Pasti akan kami perhatikan dan pikirkan untuk ditindaklanjuti dalam program dan kebijakan," ujarnya.
Selain itu, implementasi penggunaan Platform Merdeka Mengajar telah dilaksanakan dengan baik oleh para guru di Pontianak.
Sebagian besar guru-guru sudah menggunakan platform yang membantu mereka menerapkan Kurikulum Merdeka dan meningkatkan kompetensinya.
"Para guru memberikan berbagai macam masukan terhadap fitur-fitur yang akan mempermudah pembelajaran mereka, dan ini akan kami jadikan evaluasi," jelas Mendikbudristek.
Mendikbudristek juga menyampaikan apresiasi dan terima kasih kepada para Kepala Sekolah Penggerak karena telah menerapkan sejumlah program Merdeka Belajar yang membutuhkan usaha ekstra.
Menurut Mendikbudristek, menjadi Sekolah Penggerak bukan suatu hal yang mudah karena membutuhkan keberanian dalam menghadapi kerumitan dan tantangan.
“Saya ucapkan apresiasi, terima kasih kepada bapak ibu kepala sekolah yang telah menjadi garda terdepan perubahan. Terima kasih bapak ibu sudah berani meluncurkan paradigma baru dalam pembelajaran,” kata Mendikbudristek.
Saat berdiskusi, Mendikbudristek menegaskan bahwa paradigma Sekolah Penggerak sebagai sekolah favorit adalah kesalahan persepsi.
“Kami memilih Sekolah Penggerak bukan berdasarkan bagusnya sekolah tersebut, tetapi dari kemauan kepala sekolah dan guru-gurunya untuk melakukan perubahan,” ujar Nadiem.
Dalam mengimplementasikan Sekolah Penggerak, Kemendikbudristek memberikan bantuan perangkat teknologi informasi dan komunikasi (TIK) untuk mendukung berbagai program pembelajaran.
“Kami utamakan bantuan TIK diberikan kepada sekolah-sekolah yang fasilitasnya belum ada,” jelas Mendikbudristek.
Praktik Baik Sekolah Penggerak
Kepala Sekolah SD Negeri 28 Pontianak Utara Heryaningsih memberi apresiasi kebijakan Sekolah Penggerak yang diluncurkan Kemendikbudristek. Baginya, sejak menjadi Sekolah Penggerak, pembelajaran di sekolah terasa lebih menyenangkan.
“Guru dan siswa menjadi lebih banyak terlibat di dalam projek, dan anak-anak semakin senang karena belajarnya tidak hanya di kelas tetapi menggunakan tempat lainnya seperti perpustakaan,” ujar perempuan yang biasa disapa Ning itu dengan gembira.
Ning menjelaskan, Program Sekolah Penggerak membuat sekolahnya semakin mempunyai nilai tambah karena adanya pelajaran bahasa Inggris yang dimulai sejak kelas 1 SD.
“Ini menjadi poin tambahan bagi sekolah kami, karena di sekolah lain yang belum menerapkan Kurikulum Merdeka maka belum ada pelajaran bahasa Inggris di sekolahnya, sehingga para orangtua banyak yang ingin menyekolahkan anaknya di tempat kami,” imbuh Ning.
Baca Juga: Menjangkau hingga Daerah 3T, Platform Merdeka Mengajar Dorong Akses Pengembangan Kualitas Guru
Kepala Sekolah Menengah Pertama (SMP) Negeri 19 Kota Pontianak Heppi Fitri Yenni mengatakan, Sekolah Penggerak menjadi pendorong kemajuan bagi guru di dalam pembelajaran.
Dalam Kurikulum Merdeka, menurut Heppi, guru di sekolahnya bisa mengunduh materi dan berbagai praktik baik yang terdapat di Platform Merdeka Mengajar. Para guru di sekolah yang dipimpin Heppi dapat mengimplementasikan dan menambahkan inovasi dalam pembelajaran.
“Kami sangat mendukung Sekolah Penggerak, karena di dalamnya interaksi antara siswa dan guru lebih tercipta," tutur Heppi.
"Pembelajaran yang dahulu dipusatkan pada guru, sekarang lebih banyak melibatkan siswa karena berdasarkan projek. Sekarang guru adalah fasilitas dan siswa sebagai raja di dalam pembelajaran.”
Lebih lanjut disampaikan Heppi, sejak menggunakan Kurikulum Merdeka, siswa di sekolahnya sangat menikmati pembelajaran.
Pembelajaran projek di SMP Negeri 19 Kota Pontianak menggunakan tiga tema, yaitu berfokus pada tema kearifan lokal, kewirausahaan, dan bangunlah jiwa raganya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.