BEKASI, KOMPAS.TV - Fikrul Hilmi (16), seorang pelajar di Kota Bekasi mengalami putus sekolah lantaran menderita gagal ginjal akut.
Sudah hampir delapan bulan Fikrul yang tinggal di Kampung Pintu Air, Kelurahan Harapan Mulya, Kecamatan Medan Satria, Bekasi melakukan cuci darah seminggu sekali di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) Jakarta.
Ia hanya bisa terduduk lemas di rumah dan tidak bisa melanjutkan sekolah di kelas X SMA.
Orang tua Fikrul juga tidak lagi bekerja sebagai penjahit dan hanya fokus mengurus kesembuhan putra kesayangannya.
Baca Juga: Orang Tua Balita Ungkap Kronologi Anaknya Meninggal Akibat Gagal Ginjal Akut
Warsih Yanti, ibu kandung Fikrul menjelaskan anaknya mengalami gejala penyakit ginjal setelah vaksin Covid-19 tahap pertama.
Usai divaksin anaknya mengalami gejala keluar darah dari hidung yang tidak sedikit. Warsih menyatakan saat itu dokter menyatakan tidak ada kaitan vaksin dengan penyakit yang diderita Fikrul.
Fikrul juga sempat dirawat 21 hari dengan dugaan demam berdarah. Namun setelah pemeriksaan lebih lanjut dengan USG, Fikrul mengalami masalah ginjal kronik. Rumah sakit yang merawat merujuk Fikrul ke RSCM Jakarta.
Baca Juga: Antidotum Gagal Ginjal Akut dari Singapura Sudah Diuji Coba di RSCM, Ini Hasilnya
"Di (RS) Cipto sempat dirawat dua minggu. Hasilnya dokter mengatakan mau tidak mau anaknya harus cuci darah. Awal Maret mulai cuci darah," ujar Warsih saat ditemui jurnalis KOMPAS TV Alexander, Sabtu (22/10/2022).
Lebih lanjut Warsih sejak dinyatakan sehat dari Pneumonia di umur 2 tahun hingga umur 14 tahun, Fikrul jarang sekali sakit.
Sehari-hari Fakrul merupakan anak yang aktif sehingga tidak menyangka putranya menderita gagal ginjal akut.
Warsih menjelaskan saat ini Fikrul harus cuci darah seminggu sekali di RSCM dengan biaya yang ditanggung pemerintah melalui BPJS Kesehatan.
Baca Juga: Lebih dari 100 Anak Terkena Gagal Ginjal Akut, Ikuti Cara Minum Obat yang Aman Seperti Berikut
Namun menurut Warsih, obat-obat yang sebagian tidak ditanggung BPJS Kesehatan membuat dirinya kesulitan. Bahkan untuk pergi ke RSCM dirinya terpaksa harus meminjam uang ke sanak saudara.
Warsih berharap ada bantuan untuk obat yang tidak ditanggung BPJS Kesehatan. Warsih juga bersedia melakukan transplantasi ginjal ke putra kesayangannya. Namun biaya transplantasi ginjal cukup besar hingga menelan ratusan juta rupiah.
"Kalau seminggu untuk berobat ke RSCM itu saya harus mengeluarkan Rp500 ribu. Kemarin ada pihak kelurahan datang melihat anak saya dan ingin membantu angkutan untuk ke RSCM," ujar Warsih.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.