JAKARTA, KOMPAS.TV - Tim Gabungan Independen Pencari Fakta (TGIPF) meminta PSSI bertanggung jawab penuh atas Tragedi Kanjuruhan yang merenggut nyawa 132 orang dan 500 lebih lainnya mengalami luka-luka.
Hal tersebut diungkapkan pengamat sepak bola, Anton Sanjoyo, dalam program Sapa Indonesia Malam Kompas TV, Jumat (14/10/2022).
Pria yang juga menjadi anggota TGIPF itu menjelaskan, PSSI harus bertanggung jawab karena mereka melakukan pembiaran terhadap pelanggaran-pelanggaran yang ada di sepak bola Indonesia.
"Yang pertama, kasus ini, tragedi ini tidak berdiri sendiri. Ini adalah rangkaian dari proses mulai dari awal perencanaan pertandingan, kemudian perencanaan pengamanan, pelaksanaan pertandingan sampai dengan terjadinya kerusuhan dan penanganan pasca bencana," kata pria yang akrab disapa Bung Joy itu.
Bung Joy yang ditugaskan meneliti bagian proses perencanaan menemukan banyak kelemahan dari sisi Stadion Kanjuruhan yang tidak diverifikasi sejak 2020, termasuk pintu yang hanya terbuka sedikit.
Juga kelemahan dari Panitia Pelaksana (Panpel) yang kurang pengetahuan mengenai tidak boleh digunakannya gas air mata.
Baca Juga: Sedih, Korban Tragedi Kanjuruhan Ini Kehilangan Sebagian Ingatannya
"Ini rangkaian kesalahan-kesalahan yang sudah dibiarkan sangat lama. Jadi kami menilai, bukan hanya Panpel, Arema, atau PT LIB yang harus bertanggung jawab tapi PSSI juga sebagai owner dari Liga 1, Liga 2 dan Liga 3," lanjutnya.
"Karena ada pembiaran yang masif dan terus-menerus ya, sudah bertahun-tahun. Akhirnya kita memetik tragedi yang pahit ini dengan kematian 132 orang dan 200 orang lebih kehilangan masa depan dan hidupnya tidak sama lagi setelah Tragedi Kanjuruhan," ujarnya.
Bung Joy juga menyentil berbagai pihak yang seakan lempar tanggung jawab dengan tidak mengakui kesalahan mereka yang secara tidak langsung menyebabkan tragedi di Stadion Kanjuruhan pada Sabtu malam, 1 Oktober 2022.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.