WASHINGTON, KOMPAS.TV - Presiden Joe Biden dilaporkan setuju untuk mengevaluasi kembali hubungan Amerika Serikat dengan Arab Saudi. Sikap ini diambil setelah OPEC+ pada pekan lalu mengumumkan akan memangkas produksi minyak.
"Saya pikir presiden sudah sangat jelas ini adalah hubungan yang perlu terus kita evaluasi kembali, kita harus bersedia untuk meninjau kembali," kata juru bicara keamanan nasional Gedung Putih John Kirby, dalam sebuah wawancara dengan CNN, seperti laporan Straits Times, Selasa (11/10/2022).
"Dan tentu saja mengingat keputusan OPEC, saya pikir di situlah dia (Biden) berada."
Biden bersedia bekerja dengan Kongres untuk masa depan hubungan Saudi, tambah Kirby.
Pengumuman OPEC+ tersebut juga memicu Bob Menendez, ketua Demokrat dari komite hubungan luar negeri Senat, pada hari Senin (10/10/2022), menyerukan pembekuan kerja sama dengan Arab Saudi, termasuk pada sebagian besar penjualan senjata. Bahkan Menendez juga menuduh Saudi membantu menanggung perang Rusia di Ukraina.
Biden kecewa dengan keputusan OPEC+, kata Kirby, dan bersedia bekerja dengan Kongres untuk memikirkan ulang hubungan dengan Arab Saudi di masa mendatang.
"Dan saya pikir dia akan bersedia untuk memulai pembicaraan itu segera. Saya tidak berpikir ini adalah sesuatu yang harus menunggu atau harus menunggu, sejujurnya, lebih lama lagi," tambah Kirby.
Masalah ini tidak hanya menyangkut perang di Ukraina tetapi juga masalah kepentingan keamanan nasional AS, kata Kirby.
Baca Juga: AS Panik OPEC+ Pangkas Produksi Minyak hingga 2 Juta Barrel per Hari: Keputusan Tidak Bijaksana
Sebelumnya seperti dilaporkan Bloomberg, Senin (10/10/2022), Menteri Keuangan Amerika Serikat Janet Yellen menilai keputusan Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak plus mitra, OPEC+, yang akan memangkas produksi minyak, sebagai tindakan tidak pantas.
OPEC+ akan memangkas produksi minyak hingga 2 juta barrel per hari (bph), yang setara dengan 2 persen pasokan global. Yellen menyebut hal itu akan memperparah resesi ekonomi global.
Yellen mengatakan tindakan OPEC+ akan menimbulkan pengetatan pasokan minyak mentah dan potensi harga energi yang lebih tinggi.
“Keputusan OPEC+ tidak membantu dan tidak bijaksana,” kata Yellen.
Sementara itu, pemerintah Rusia mengapresiasi keputusan OPEC+ tersebut. Juru bicara Kremlin, Dmitry Peskov, memuji negara-negara berpengaruh di internal OPEC yang telah melakukan kerja seimbang, bijaksana, dan terencana.
“Ini setidaknya menyeimbangkan kekacauan yang disebabkan oleh Amerika,” ujar Peskov, Minggu (9/10/2022), dikutip dari Associated Press.
Peskov mengungkapkan AS mulai kehilangan ketenangannya atas keputusan OPEC. Terlihat dari upaya Washington berusaha memompa cadangan minyaknya ke pasar global.
“Mereka mencoba memanipulasi dengan cadangan minyak mereka dengan melemparkan volume tambahan ke pasar. Permainan semacam itu tidak akan menghasilkan sesuatu yang baik,” tutur Peskov.
Sumber : Straits Times/Bloomberg/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.