PARIS, KOMPAS.TV — Penulis Prancis Annie Ernaux hari Kamis, (6/10/2022) memenangkan Hadiah Nobel Kesusastraan atau Nobel Sastra tahun 2022 karena deretan karya briliannya yang memadukan fiksi dan otobiografi dalam buku-bukunya.
Penulis 82 tahun itu menulis tanpa rasa takut untuk menggali berbagai aspek kisah dan pergulatan pengalaman pribadi sebagai perempuan kelas pekerja, menjelajahi kehidupan di Prancis sejak 1940-an.
Associated Press, Jumat, (7/10/2022) membeberkan kisah Annie Ernaux dengan cukup panjang.
Dalam lebih dari 20 buku yang diterbitkan selama lima dekade, Annie Ernaux pemenang Nobel Kesusastraan 2022, itu mengupas dengan cantik namun penuh makna, pengalaman dan perasaan pribadi yang mendalam, soal cinta, seks, aborsi, rasa malu dalam masyarakat yang terbelah berdasarkan gender dan pembagian kelas.
Setelah setengah abad membela cita-cita kaum feminis, Ernaux mengatakan "tampaknya yang saya lihat, perempuan belum menjadi setara dalam kebebasan, kekuasaan," dan Ernaux sangat membela hak-hak perempuan untuk aborsi dan kontrasepsi.
"Saya akan berjuang sampai nafas terakhir saya sehingga perempuan dapat memilih untuk menjadi seorang ibu, atau tidak. Itu hak fundamental," katanya dalam sebuah konferensi pers di Paris.
Buku pertama Ernaux, "Cleaned Out," adalah tentang aborsi ilegalnya sendiri sebelum aborsi disahkan di Prancis.
Akademi di Swedia pemberi hadiah Nobel mengatakan Ernaux, diakui karena keberanian dan ketajaman klinis dari buku-buku yang ia tulis, yang berakar pada latar belakang kota kecilnya di wilayah Normandia di barat laut Prancis.
Baca Juga: Menjelang Acara Hadiah Nobel, ini 5 Hal Menarik dan Penting tentang Penghargaan Tersebut
Anders Olsson, ketua komite sastra Nobel, mengatakan Ernaux tidak takut untuk menghadapi kebenaran yang sulit.
Dia menulis tentang hal-hal yang tidak ditulis orang lain, misalnya aborsi, kecemburuannya, pengalamannya sebagai kekasih yang ditinggalkan dan sebagainya.
"Maksud saya, pengalaman yang sangat sulit," katanya kepada The Associated Press setelah pengumuman penghargaan di Stockholm.
"Dan dia memberikan kata-kata untuk pengalaman-pengalaman ini dengan sangat sederhana yang justru membuatnya mencolok. Itu adalah buku-buku pendek, tetapi mereka benar-benar mengharukan."
Presiden Prancis Emmanuel Macron mencuit, "Annie Ernaux menulis selama 50 tahun novel kenangan kolektif dan intim tentang negara kita. Suaranya adalah suara kebebasan perempuan, dan suara yang terlupakan di abad ini," cuitnya.
Sementara Macron memuji Ernaux untuk Nobelnya, Ernaux justeru tidak tanggung-tanggung mengecam Macron.
Sebagai pendukung gerakan sayap kiri untuk keadilan sosial, Ernaux mencemooh latar belakang Macron di bidang perbankan dan mengatakan masa jabatan pertamanya sebagai presiden yang gagal memajukan perjuangan perempuan Prancis.
Baca Juga: Lelang Medali Nobel Jurnalis Rusia untuk Anak Ukraina Laku 103,5 Juta Dolar AS, Pecahkan Rekor
Buku-buku Ernaux menyajikan potret tanpa kompromi dari momen-momen paling intim dalam hidup, termasuk hubungan seksual, penyakit, dan kematian orang tuanya. Olsson mengatakan bahwa karya Ernaux sering ditulis dalam bahasa sederhana, yang tergores dengan bersih.
Olsson mengatakan Ernaux menggunakan istilah "seorang ahli etnologi terhadap dirinya sendiri" daripada seorang penulis fiksi.
Dan Simon, penerbit lama Ernaux di Seven Stories Press, Amerika Serikat, mengatakan pada tahun-tahun awal, "dia (Ernaux) berkeras agar kami tidak mengkategorikan buku-bukunya sama sekali. Dia tidak mengizinkan kami menyebutnya sebagai fiksi dan dia tidak mengizinkan kami untuk merujuk buku-bukunya sebagai nonfiksi."
Pada akhirnya, katanya, Ernaux menciptakan "genre fiksi di mana tidak ada yang dibuat-buat (fiksi) di dalamnya."
"Dia pendongeng yang hebat tentang hidupnya sendiri," kata Simon.
Ernaux bekerja sebagai guru sebelum menjadi penulis penuh waktu. Buku pertamanya adalah "Les armoires vides" pada tahun 1974 (diterbitkan dalam bahasa Inggris sebagai "Cleaned Out").
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.