BANDA ACEH, KOMPAS.TV – Sejak Minggu (2/10/2022) hingga Kamis (6/10/2022), puluhan desa di Aceh Utara, Provinsi Aceh, tergenang banjir. Ketinggian air bervariasi, mulai 50 sentimeter hingga 1 meter. Puluhan ribu orang pun mengungsi.
Warga yang tinggal di kawasan rawan banjir semakin rentan menjadi korban. Hal ini lantaran banjir terus berulang setiap masuk musim hujan. Mereka tidak punya pilihan selain bertahan.
Harian Kompas melaporkan, banjir akibat luapan Sungai Keureuto terjadi saat warga sedang tidur, sekitar pukul 03.00. Hanya sebentar, air di permukiman warga telah mencapai 1 meter.
Dalam gelap, warga langsung bersiap-siap untuk mengungsi ke balai desa.
“Kami mengungsi ke meunasah (balai desa), buka dapur umum. Semua rumah di desa kami tergenang,” terang Kepala Desa Meuria, Kecamatan Matang Kuli, Bukhari, Kamis (6/10/2022), dikutip dari Kompas.id.
Dua hari berlalu, sebagian titik banjir pun mulai menyusut. Namun, di desa tetangga, Krueng Keureuto, air malah naik.
“Desa Krueng Keureuto, tidak memiliki tanggul. Kalau debit air naik, pasti banjir,” kata Bukhari.
Untuk diketahui, Desa Meuria berada di tepi Sungai Keureuto. Sungai itu meliuk-liuk melewati banyak desa di Matang Kuli. Pada musim hujan, sungai ini sering meluap.
Warga biasanya memang akan bersiap-siap untuk mengungsi saat mendapat kabar hujan di bagian hulu dalam intensitas yang tinggi.
Bukhari mengingat-ingat, pada 2022, telah tiga kali desanya tergenang banjir. Banjir paling parah terjadi pada Januari 2022.
Setidaknya hampir seminggu desanya tergenang. Warga kehilangan banyak harta seperti ayam, bebek, dan ternak.
Padi di sawah-sawah pun tidak sempat dipanen. Sawah seluas 19 hektare berubah jadi lautan.
Sumber : Kompas TV/Kompas/Kompas.id/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.