JAKARTA, KOMPAS.TV- Tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, yang menewaskan 131 penonton jadi peristiwa sepak bola paling kelam di dunia dalam 50 tahun terakhir setelah Peru.
Peristiwa di Peru menempati posisi dengan korban terbanyak saat ini, lebih dari 300 jiwa melayang di dalam dan di luar stadion. Namun, ada kemiripan dari dua peristiwa di Peru dan Kanjuruhan.
Peristiwa terjadi di Estadio Nacional, Lima, Peru pada 24 Mei 1964 silam. Dikutip dari BBC, pertandingan tersebut bermula saat tuan rumah tertinggal 0-1 dari Argentina dalam babak kualifikasi untuk turnamen sepak bola Olimpiade Tokyo.
Tapi, timnas Peru kemudian berhasil menyamakan kedudukan, 1-1. Namun gol dianulir oleh wasit asal Uruguay Ángel Eduardo Pazos. Sontak keputusan dari wasit itu membuat para penonton Peru yang duduk di stadion, sebanyak 53 ribu orang, marah.
Mereka kemudian menyerbu ke dalam lapangan. Aparat lalu menghalau para penonton yang terus merangsek dengan memukul dan mengusir. Tidak cukup dengan pentungan, aparat pun kemudian menembakkan gas air mata.
Baca Juga: Soal Kericuhan di Stadion Kanjuruhan, KSAD Sebut Banyak Anggota TNI Selamatkan Suporter
Namun dari sinilah bencana itu bermula. Hal ini justru menyebabkan kepanikan dari para penonton. Mereka lari kocar-kacir histeris, sebagian saling tabrak dan saling injak. Para penonton yang berada di tribun berusaha keluar stadion, namun kondisi sudah sangat kacau. Ditmbah pintu keluar tertutup.
Kerusuhan tidak hanya terjadi di dalam stadion tetapi di luar stadion. Massa yang marah membakar ban, mobil polisi dan menghancurkan bangunan yang ada di sekitar stadion.
Dari kejadian tersebut diketahui korban tewas resmi mencapai 328 orang tewas dan 500 luka-luka. Angka tersebut bisa lebih banyak dari yang diperkirakan karena masih banyak korban tidak terdeteksi. Ada begitu banyak saksi mata yang melihat korban berjatuhan di dalam dan di luar stadion.
Baca Juga: Gas Air Mata di Kanjuruhan Langgar Regulasi FIFA, PSSI: Polisi Indonesia Punya SOP Sendiri
Korban yang tewas diperkirakan karena sesak nafas, terinjak-injak, terbentur dan tertembak oleh polisi.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.