PHNOM PENH, KOMPAS.TV – Pemimpin junta militer Myanmar kembali tidak diundang ke Konferensi Tingkat Tinggi ASEAN pada bulan November nanti, kata tuan rumah Kamboja, Rabu (5/10/2022), seperti laporan Straits Times.
Keputusan tersebut dipandang sebagai penghinaan diplomatik terbaru bagi rezim militer yang terisolasi itu.
Perhimpunan bangsa-bangsa Asia Tenggara ASEAN selama ini memimpin upaya diplomatik untuk menyelesaikan gejolak yang mencengkeram Myanmar sejak militer merebut kekuasaan pada 2021.
Tetapi, hanya ada sedikit kemajuan pada "konsensus lima poin" yang disepakati dengan junta, dan pemimpin serta menterinya tidak diundang untuk hadir, apalagi terlibat pada pertemuan ASEAN baru-baru ini.
Menghubungkan undangan dengan rencana perdamaian, juru bicara Kementerian Luar Negeri Kamboja seperti dilansir Bloomberg mengatakan, ASEAN hanya mengizinkan Myanmar “menominasikan perwakilan non-politik untuk (hadir di) KTT ASEAN mendatang”.
Ini berarti kepala junta Min Aung Hlaing tidak akan diizinkan untuk hadir, seperti halnya diplomat puncaknya dilarang menghadiri pertemuan para menteri luar negeri di Phnom Penh pada bulan Februari dan Agustus.
Jenderal Min Aung Hlaing selalu tidak diundang untuk hadir pada KTT ASEAN dan pertemuan terkait setidaknya empat kali sejak kudeta. Ini termasuk KTT regional pada Oktober 2021 dan KTT khusus AS-ASEAN di Washington pada bulan September.
Rencana lima poin, yang disepakati pada April 2021, menyerukan diakhirinya segera kekerasan, dan membangun dialog antara militer dan gerakan anti-kudeta.
Baca Juga: Dilarang Masuk Thailand, Mantan Miss Myanmar yang Diancam Dibunuh Junta Militer Cari Suaka ke Kanada
Ada ketidakpuasan yang berkembang di ASEAN. Perhimpunan itu kadang-kadang dikritik sebagai toko kelontong penuh omong kosong dalam menghadapi para jenderal Myanmar.
Eksekusi junta militer terhadap empat tahanan pada bulan Juli lalu yang bertentangan dengan desakan internasional yang memberi grasi, menyebabkan kemarahan lebih lanjut.
Pertemuan para menteri luar negeri ASEAN bulan Agustus berakhir dengan kecaman langka dari blok tersebut atas tindakan junta militer.
Para menlu ASEAN mengatakan mereka “sangat kecewa dengan kemajuan yang terbatas dan kurangnya komitmen dari otoritas Naypyidaw untuk implementasi konsensus lima poin yang tepat waktu dan lengkap”.
Utusan ASEAN sendiri yang ditugaskan untuk menengahi perdamaian mengakui besarnya skala tugas tersebut, dengan mengatakan “bahkan Superman tidak dapat menyelesaikan” krisis tersebut.
Baca Juga: Pusing soal Krisis Myanmar, Utusan Khusus ASEAN: bahkan Superman pun Tak Bisa Selesaikan Masalah Ini
Penghinaan blok regional itu terjadi ketika Washington berusaha untuk memberikan lebih banyak tekanan pada junta melalui Perserikatan Bangsa-Bangsa, menyusul kemarahan atas serangan udara yang menewaskan 11 anak sekolah bulan lalu.
Sumber : Kompas TV/Straits Times/Bloomberg
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.