MALANG, KOMPAS.TV - Keluarga tragedi di Stadion Kanjuruhan, Malang, Sabtu (1/10/2022) lalu yang merenggut 131 jiwa menuntut keadilan. Doni, seorang penyintas yang mengaku kehilangan dua anggota keluarga dalam peristiwa berdarah itu, menghendaki keadilan untuk para korban.
“Saya mencari keadilan. Kalau untuk doa sudah cukup, kami dari keluarga ingin keadilan untuk korban,” kata Doni dikutip Antara, Senin (3/10/2022).
Doni kehilangan dua anggota keluarga, M. Yulianton (40) dan Devi Ratna Sari (30) saat berupaya keluar dari Stadion Kanjuruhan, Sabtu (3/10) lalu. Keduanya adalah sepasang suami-istri yang kehilangan nyawa di Kanjuruhan, sedangkan anak mereka yang berusia 11 tahun selamat.
Kata Doni, tembakan gas air mata oleh polisi menyebabkan kepanikan dan kerusuhan di tribun. Padahal, menurut kesaksiannya, ada banyak anak kecil dan perempuan di tribun Kanjuruhan.
"Yang membuat panik pertama kali adalah adanya tembakan gas air mata itu, di tribun itu ada anak kecil, ibu-ibu," katanya.
Baca Juga: Kisah Pilu di Pintu 13 Kanjuruhan: Seperti Kuburan Massal, Banyak Anak Kecil dan Perempuan Meninggal
Doni berada di Tribun 14 saat peristiwa tragis itu terjadi. Ia duduk bersama sejumlah rekan dan tiga anak-anak seusai partai Arema vs Persebaya berakhir.
"Saat itu antre normal, saya menunggu biar agak sepi (untuk pulang). Namun, di area bawah memang sudah mulai ramai pendukung yang tidak puas," katanya.
Tak lama berselang, sebagian suporter menyerbu lapangan. Terjadi kericuhan. Petugas keamanan lalu membubarkan massa dengan gas air mata.
"Tembakan pertama saya merasa panik, saya berdiri. Kedua, panik semua penonton. Yang tadi masih belum sepi di pintu keluar, terus dengan adanya tembakan, panik dan berhamburan," kata Doni.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.