JAKARTA, KOMPAS.TV - Doni (43 tahun), seorang Aremania dari wilayah Bareng, Kota Malang, mengisahkan kericuhan yang terjadi usai laga Arema vs Persebaya di Stadion Kanjuruhan, Malang, Jawa Timur, pada Sabtu (1/10/2022) malam.
Kericuhan yang menyebabkan sedikitnya 131 orang tewas tersebut membuatnya sedih. Ia tidak pernah memikirkan tragedi seperti itu akan terjadi. Kengerian pun masih dirasakan Doni hingga kini.
Ia menceritakan, selama pertandingan derbi Jatim tersebut sebenarnya tidak ada insiden apa pun. Namun, kengerian itu terjadi usai pertandingan.
Doni mengaku melihat dengan kepalanya sendiri orang-orang berteriak minta tolong di mana-mana. Para suporter, kata dia, panik karena tembakan gas air mata.
"Kejadianya itu setelah sepak bola habis. (Saat pertandingan) ya tidak ada, ya kalau ada agak berkelahi, ada orang yang mabuk-mabuk, biasa, lalu (teriak) sama-sama Arema, ya selesai. Baru setelah (laga usai) itu suporter turun ke lapangan," paparnya dalam Breaking News Kompas TV, Minggu (2/9/2022).
Baca Juga: Pasutri Tewas dalam Kericuhan Stadion Kanjuruhan, Anak Trauma Melihat Orang Tuanya Terinjak-Injak
Ia bercerita, dari tribun 14 tempatnya duduk, tidak ada yang turun ke lapangan.
Lalu ia melihat ada tembakan gas air mata. Doni mendengar seperti ada ledakan di sana dan membuat suporter yang masih ada dalam stadion, berhamburan panik berusaha keluar stadion.
Begitu pula Doni yang saat itu membawa anak-anak. Yang ada dalam pikirannya cuma menyelamatkan anak yang ia cintai.
"Cari pintu keluar itu berdesakan, panik. Sudah berdesakan, panas kena gas (air mata) itu. Pagar keluar roboh," kenang Doni.
Dalam situasi seperti itu, ia melihat banyak yang sudah tergolek lemas ketika ia turun. Semua orang seperti kebingungan, tuturnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.