DUBAI, KOMPAS.TV — Dokumen pemerintah Iran yang dibocorkan Amnesty International menunjukkan bahwa pemerintah Iran memerintahkan pasukan keamanannya untuk "menghadapi dengan keras" demonstrasi antipemerintah yang pecah awal bulan ini, kata Amnesty International seperti dilaporkan Associated Press, Jumat, (30/9/2022).
Kelompok hak asasi yang berbasis di London itu mengatakan, pasukan keamanan menewaskan sedikitnya 52 orang sejak protes atas kematian Mahsa Amini, seorang perempuan yang ditahan oleh polisi moral dimulai hampir dua minggu lalu, termasuk dengan menembakkan peluru tajam ke kerumunan dan memukuli pengunjuk rasa dengan tongkat.
Pasukan keamanan juga dilaporkan memukuli dan meraba-raba pengunjuk rasa perempuan yang melepas jilbab mereka untuk memprotes perlakuan terhadap perempuan oleh teokrasi Iran.
Sementara itu, kantor berita IRNA yang dikelola pemerintah melaporkan kekerasan baru di kota Zahedan, dekat perbatasan dengan Pakistan dan Afghanistan. Orang-orang bersenjata dilaporkan melepaskan tembakan dan melemparkan bom api ke kantor polisi, memicu pertempuran dengan polisi.
Wilayah tersebut mengalami serangan sebelumnya terhadap pasukan keamanan yang diklaim oleh kelompok militan dan separatis.
Video yang beredar di media sosial menunjukkan tembakan dan kendaraan polisi terbakar. Yang lain menunjukkan kerumunan orang meneriakkan menentang pemerintah. Video dari tempat lain di Iran menunjukkan protes di Ahvaz, di barat daya, dan Ardabil di barat laut.
Kematian Mahsa Amini dalam tahanan, yang ditangkap karena diduga mengenakan jilbab wajib terlalu longgar, telah memicu curahan kemarahan pada ulama yang berkuasa di Iran.
Baca Juga: Kematian Mahsa Amini, Pejabat Iran Sebut Demonstran yang Lepas Hijab sebagai Pelacur
Keluarganya mengatakan mereka diberitahu bahwa dia dipukuli sampai mati dalam tahanan. Polisi mengatakan Amini yang berusia 22 tahun meninggal karena serangan jantung dan menyangkal telah memperlakukannya dengan buruk, sementara para pejabat Iran mengatakan kematian Mahsa Amini sedang diselidiki.
Para pemimpin Iran menuduh entitas asing yang bermusuhan memanfaatkan kematiannya untuk memicu kerusuhan terhadap Republik Islam dan menggambarkan para pengunjuk rasa sebagai perusuh, dengan mengatakan sejumlah pasukan keamanan telah tewas.
Amnesty mengatakan pihaknya memperoleh salinan dokumen resmi yang bocor, yang menyebut bahwa Markas Besar Angkatan Bersenjata memerintahkan para komandan pada 21 September untuk "menghadapi para pembuat onar dan anti-revolusioner secara serius."
Kelompok hak asasi mengatakan penggunaan kekuatan mematikan meningkat malam itu, dengan sedikitnya 34 orang tewas malam itu saja.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.