BERLIN, KOMPAS.TV - Dua hari setelah sepasang ledakan di bawah Laut Baltik yang tampaknya memecahkan pipa gas alam raksasa Nord Stream dari Rusia ke Jerman, konsensus pada Rabu (28/9/2022) mengerucutkan hipotesis bahwa itu adalah tindakan sabotase. Lalu, saling tuding langsung bertebaran dan saling tuntut penyelidikan langsung berhamburan.
Seperti laporan New York Times, Rabu, (28/9/2022), para ahli mengatakan perlu waktu berbulan-bulan untuk menilai dan memperbaiki kerusakan pada jalur pipa Nord Stream 1 dan 2.
Jalur suplai gas Rusia ke Eropa via Jerman itu selama ini digunakan sebagai alat tawar Rusia dalam konfrontasi Barat dengan Moskow atas serangan Rusia ke Ukraina.
Berita tentang kemungkinan sabotase di jalur tersebut meningkatkan ketakutan yang sudah intens akan kekurangan energi yang menyakitkan di Eropa selama musim dingin.
Polandia dan Ukraina secara terbuka menyalahkan Rusia, yang kemudian menuding Amerika Serikat (AS).
Baca Juga: Misterius, Kebocoran ke-4 Terdeteksi di Swedia pada Jalur Pipa Gas Nord Stream Rusia ke Jerman
Baik Moskow maupun Washington mengeluarkan bantahan dengan penuh angkara murka.
Pejabat AS dan pakar berspekulasi apakah Ukraina atau salah satu Negara Baltik, yang lama menentang jaringan pipa, mungkin adalah pelaku sabotase dan melakukannya untuk mengirim pesan.
Saat perang dimulai, Jerman memblokir Nord Stream 2 yang baru saja selesai dibangun dan siap untuk beroperasi.
Rusia kemudian mematikan aliran gas melalui Nord Stream 1, memicu upaya panik di Eropa untuk mengamankan bahan bakar yang cukup untuk memanaskan rumah, menghasilkan listrik dan energi untuk bisnis dan sektor produksi.
Beberapa pejabat Eropa dan AS pada Rabu memperingatkan, terlalu dini untuk menyimpulkan bahwa Rusia berada di balik serangan jalur pipa gas Nord Stream 1 dan Nord Stream 2, yang masing-masing sebenarnya adalah dua jalur pipa.
Presiden Vladimir Putin suka menunjukkan bahwa dia memegang kendali untuk membuka dan menutup suplai gas, kata mereka. Tetapi, menggunakan kekuatan itu berarti harus menjaga jaringan pipa dalam keadaan baik, yang pemilik utamanya adalah perusahaan energi yang dikendalikan negara Rusia, Gazprom. Hal ini membuat tidak masuk akal jika Rusia adalah pelakunya.
Baca Juga: Bila Benar Jalur Pipa Gas Nord Stream Bocor akibat Sabotase, Uni Eropa Bersumpah Lakukan Pembalasan
Tetapi yang lain mencatat, salah satu dari dua pipa Nord Stream 2 tidak rusak, membuat Putin kemungkinan menggunakannya sebagai 'kuncian' jika musim dingin berubah menjadi sangat dingin.
Kini dilaporkan ada kebocoran terbaru di sisi Swedia yang kabarnya berada di jalur Nord Stream 2, walau aparat di Stockholm belum memastikan hal tersebut.
Banyak pejabat dan analis Barat penuding Rusia, mereka mengatakan sabotase akan sangat cocok dengan strategi Rusia Putin yang lebih luas dalam mengobarkan perang di berbagai bidang, menggunakan alat ekonomi dan politik, serta senjata, untuk melemahkan sekutu Ukraina dan melemahkan tekad dan persatuan mereka.
Ini menunjukkan kepada Eropa yang sudah gelisah akan betapa rentannya infrastruktur vitalnya, termasuk jaringan pipa lainnya dan kabel listrik dan telekomunikasi bawah laut.
"Ini adalah perang hibrida klasik," kata Marie-Agnes Strack-Zimmermann, kepala komite pertahanan di Parlemen Jerman. Ia menekankan, untuk saat ini dia tidak memiliki bukti bahwa Rusia berada di balik serangan itu, tetapi percaya bahwa Rusia adalah pelaku yang paling "masuk akal".
"Putin akan menggunakan setiap tindakan hibrida yang dia miliki untuk membuat bingung orang Eropa, dari makanan, pengungsi, hingga energi," katanya.
Sumber : Kompas TV/New York Times/Straits Times
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.