JAKARTA, KOMPAS.TV - Pemerintah batal mengonversi kompor gas ke kompor listrik. Uji coba program itu sudah dilakukan terhadap ribuan rumah tangga di Solo dan Denpasar, namun akhirnya dibatalkan, Selasa (27/9/2022).
Padahal pemerintah sudah mengeluarkan biaya untuk pengadaan kompor listrik gratis dan kegaduhan sudah terlanjur muncul di publik karena banyak yang mengkritik kebijakan tersebut.
Sebenarnya, bukan baru kali ini peralihan penggunaan sumber energi terjadi di Indonesia. Pada 2006, Indonesia memulai konversi penggunaan minyak tanah menjadi gas dan berhasil. Sehingga kini bisa dibilang 99 persen rumah tangga menggunakan kompor gas.
Adalah sosok mantan Wakil Presiden Jusuf Kalla yang berada di balik kesuksesan program tersebut.
Menurut JK, kebijakan diversifikasi energi yang diterapkan pemerintah akan berhasil dan diterima baik oleh semua elemen masyarakat, bila dapat memenuhi tiga prinsip utama. Yakni bersih, murah dan mudah.
Dalam arsip berita di laman resmi wapresri.go.id, 3 hal itulah yang menjadi kunci sukses konversi minyak tanah ke gas.
Baca Juga: Pemerintah Putuskan Tidak Akan Naikkan Tarif Listrik Hingga Akhir 2022
“Minyak tanah mahal, kita subsidi besar Rp 5000 per liter. Kita pakai 11 juta kiloliter, subsidinya Rp 5 triliun,” kata JK seperti dikutip dari wapresri.go.id.
Sebelum dipilih gas, pemerintah sebenarnya juga mempertimbangkan untuk menggunakan briket batu bara. Bahkan pemerintah melalui Kementerian ESDM telah mengirim peneliti ke Tiongkok untuk mengetahui kelayakan penggunaan batu bara dalam rumah tangga.
Namun, ternyata batu bara dinilai tidak layak karena dapat menyebabkan penyakit TBC.
“Baru sampai Shanghai, dibilang Anda bisa kena TBC semua. Itu dulu rumah di luar. Kalau tinggal di apartemen, habis anda semua,” ujar JK.
Lalu munculah ide menjadikan gas sebagai alternatif. Ia kemudian meminta adiknya membuktikan bahwa 1 liter minyak tanah sama dengan 0,45 elpiji.
Baca Juga: Program Kompor Listrik Batal, Luhut: Kita Tidak Ingin Buru-Buru
“Pergi ke universitas, ini benar enggak. Kita pilih Trisakti yang suka demo. Takutnya dikira proyek pemerintah. Maka keluarlah Trisakti report ini benar,” ujarnya.
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Laboratorium Energi Universitas Trisakti menghasilkan biaya merebus air 5 liter adalah Rp 11,6/menit untuk LPG dan Rp 13,8/menit untuk Minyak Tanah.
JK juga meminta Pertamina melaksanakan uji coba konversi minyak tanah ke gas di daerah Kemayoran.
“Di survei 60 persen masyarakat setuju,” tambahnya.
Untuk menyukseskan kebijakan konversi tersebut, lanjutnya, pemerintah memberikan kompor dan tabung gas senilai Rp 225.000 secara gratis kepada masyarakat, sehingga total anggaran yang dikeluarkan oleh pemerintah saat itu mencapai Rp15 trilliun.
Sumber :
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.