NEW YORK, KOMPAS.TV - China menekankan mereka akan tetap menegakkan posisi obyektif dan adil dalam konflik Ukraina, serta mendorong musyawarah, pembicaraan dan perdamaian antara pihak-pihak yang bertikai,
“Diharapkan semua pihak tidak akan menghentikan upaya dialog, dan bersikeras untuk menyelesaikan masalah keamanan melalui pembicaraan damai,” tegas Menteri Luar Negeri China Wang Yi kepada mitranya dari Rusia Sergey Lavrov di sela-sela sesi Majelis Umum PBB di New York, seperti laporan Anadolu, Kamis (22/9/2022).
Wang menekankan China akan “terus menegakkan posisi yang objektif dan adil, dan mempromosikan perdamaian dan pembicaraan atau perundingan,” kata sebuah pernyataan oleh Kementerian Luar Negeri China.
Sikap Beijing muncul setelah Rusia pada hari Rabu mengumumkan mobilisasi parsial sehubungan dengan pengumuman referendum di wilayah Ukraina yang dikuasai Rusia di Donetsk, Luhansk, Kherson, dan sebagian Zaporizhzhia untuk menjadi bagian dari Rusia akhir pekan ini.
Pernyataan itu mengatakan Lavrov memegang posisi Rusia bahwa “keamanan tidak dapat dibagi” seraya menegaskan, “Rusia masih bersedia menyelesaikan masalah melalui dialog dan negosiasi.”
Baca Juga: China Ambil Langkah Mengejutkan, Minta Rusia dan Ukraina Gencatan Senjata
Mobilisasi parsial Moskow terjadi di tengah perangnya terhadap Ukraina sejak Februari tahun ini di mana jutaan orang telah mengungsi, ribuan tewas dan terluka.
“China bersedia bekerja sama dengan Rusia,” kata Wang Yi, menambahkan, “Sebagai anggota tetap Dewan Keamanan dan negara-negara besar yang bertanggung jawab, China dan Rusia harus memainkan peran mereka.”
Kedua belah pihak juga membahas situasi di Semenanjung Korea. Wang juga bertemu Catherine Colonna, Menteri Eropa dan Luar Negeri Prancis.
“Kami berdua mendukung dunia multipolar dan demokrasi yang lebih besar dalam hubungan internasional, dan mendukung penegakan peran sentral PBB dan norma-norma dasar yang mengatur hubungan internasional,” kata Wang kepada Colonna.
Pertemuan itu terjadi di tengah laporan bahwa Presiden Prancis Emmanuel Macron dan Olaf Scholz dari Jerman dapat melakukan perjalanan secara terpisah ke Beijing akhir tahun ini pada bulan November untuk bertemu dengan Presiden Xi Jinping.
Sumber : Anadolu/TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.