KOMPAS.TV – Sebagai bentuk kesinambungan dari seminar sebelumnya, Badan Pembinaan Ideologi Pancasila (BPIP) dan Kompas TV kembali menyelenggarakan Seminar Pancasila 2022. Episode ketiga seminar ini mengangkat judul “Pemanfaatan Teknologi Digital untuk Optimasi Perekonomian Rakyat”.
Kali ini, seminar berlangsung secara hybrid di Universitas Pembangunan Nasional "Veteran" Jakarta. Wakil Ketua Dewan Pengarah BPIP Jenderal TNI (Purn.) dan Mantan Wakil Presiden ke-6 Indonesia Try Sutrisno hadir secara daring menyampaikan sambutan sebagai pembukaan seminar.
Menurut Try, tema yang dipilih kali ini merupakan tema yang strategis dan up-to-date dengan sasaran yang perlu terus dicermati. Perekonomian yang dimaksud ini sini adalah perekonomian, ekonomi Indonesia, serta ekonomi Pancasila.
Perkembangan teknologi digital membawa dampak besar bagi bangsa Indonesia, termasuk dalam ekonomi. Namun, kemajuan teknologi diikuti dengan berbagai muatan, dari yang positif sampai kepada hal-hal yang negatif. Jadi, masyarakat Indonesia perlu menyikapi kemajuan teknologi dengan semangat Pancasila.
“Di Indonesia sendiri termasuk yang paling besar menggunakan sarana teknologi. Oleh karena itu kita harapkan semoga kemajuan sarana teknologi perempuan ini dapat kita kembangkan secara positif,” ucap Try.
Implementasi penerapan nilai-nilai Pancasila tetap harus dilakukan dalam situasi perkembangan teknologi yang pesat. Teknologi hanya sebagai sarana saja, tetapi penggunanya tetap manusia. Karena itu, sebagai bangsa Indonesia harus tetap mengamalkan konsep dasar Pancasila dalam situasi perkembangan kapanpun, bahkan sampai masa depan.
Era digital bukan lagi perkara masa depan, tetapi sudah dirasakan masyarakat dunia terutama saat terjadi krisis global pandemi Covid-19 yang belum sepenuhnya berakhir. Hampir semua sektor berhubungan dengan peran teknologi digital yang sangat penting demi mendorong masyarakat dan pelaku bisnis.
Baca Juga: BPIP Gelar Seminar Pancasila 2022 Series 2, Sebarkan Nilai Gotong-royong
Untuk memanfaatkan teknologi digital kemajuan teknologi digital di Indonesia bisa terlihat dari menjamurnya perusahaan rintisan atau start-up. Pada tahun 2022, Indonesia berada di urutan kelima sebagai negara dengan jumlah perusahaan terbanyak di dunia.
Nilai ekonomi digital Indonesia juga tercatat sebagai yang tertinggi di Asia Tenggara, yakni sebesar 70 miliar dolar Amerika. Jumlah tersebut diperkirakan mampu mencapai 146 miliar dolar Amerika pada 2025.
Pemanfaatan teknologi digital berpotensi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi yang berdampak secara signifikan membangun ekonomi rakyat. Bagaimana rakyat bisa terlibat menjadi bagian dari bisnis digital dan para pelaku usaha kecil mendapat manfaat dari teknologi digital?
Peningkatan perekonomian rakyat menjadi faktor yang mendukung visi Indonesia Emas 2045, yaitu Indonesia sebagai negara maju adil dan makmur. Saat ini dunia memasuki era revolusi industri 4.0.
Indonesia sebagai salah satu negara dengan populasi pengguna internet terbesar di dunia memiliki potensi digital. Bahkan, ada 40 persen pangsa pasar ekonomi digital Asia Tenggara berada di Indonesia dan pemanfaatan teknologi digital berpotensi menjadi sumber pertumbuhan ekonomi digital yang berdampak secara signifikan membangun ekonomi rakyat.
Sejumlah sektor seperti bidang seni, budaya, pertanian, kerajinan, dan usaha yang didominasi rakyat kecil tentu perlu diperkuat dengan menggunakan teknologi digital untuk mengembangkan perekonomian rakyat.
Tujuannya agar tercipta ekonomi Pancasila demi mewujudkan masyarakat yang sejahtera dan terciptanya keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia.
Selanjutnya, Prof. Dr. Erna Hernawati, Ak, CPMA, CA . sebagai Rektor Universitas Pembangunan Nasional Veteran Jakarta juga memberikan sambutannya. Menurut Erna, seminar sangat relevan dengan UPN Veteran Jakarta selaku tuan rumah karena merupakan kampus bela negara.
Kampus ini merupakan perguruan tinggi negeri yang baru disahkan oleh Perpres pada tahun 2014. Salah satu visinya yakni menghasilkan mahasiswa lulusan yang memiliki identitas negara serta identitas bela negara. Kampus mewajibkan seluruh lulusannya harus memiliki rasa cinta tanah air, kesadaran berbangsa dan bernegara, yakin akan Pancasila, serta rela berkorban untuk bela negara.
Di sisi lain, materi seminar terkait teknologi digital yang dikaitkan dengan Pancasila juga relevan dengan kehidupan masa kini. Pandemi Covid-19 telah mengubah perilaku dan telah memaksa kita untuk melakukan percepatan pemanfaatan teknologi digital.
Baca Juga: Seminar Pancasila 2022 BPIP: Kupas Tuntas Lintas Generasi Pidato Bung Karno di Sidang Umum PBB
Hal tersebut mendorong lahirnya perilaku berbasis digital kemajuan teknologi dan era digital serta membawa berbagai perubahan. Kemajuan zaman dan teknologi seperti umumnya memiliki pengaruh pengaruh positif dan pengaruh negatif sehingga beberapa hal yang perlu diantisipasi.
Pasalnya, ada banyak dampak dari digitalisasi, salah satunya derasnya arus informasi di dunia maya. Akibat informasi tanpa batas melalui berbagai media, sangat memungkinkan terjadinya pergeseran budaya luhur bangsa sendiri.
Selain itu, digitalisasi ini membutuhkan kesiapan SDM karena bila tidak siap bisa menjadi korban dari teknologi. Jika dikaitkan dengan perekonomian rakyat, Indonesia memiliki pengusaha UMKM yang sangat dominan dan sangat mendukung di dalam perekonomian Indonesia.
Dengan demikian, UMKM merupakan pendukung ekonomi Indonesia yang sangat signifikan. Dalam kaitannya dengan digitalisasi, kita melihat bahwa diperlukan kemampuan untuk beradaptasi dari UMKM Indonesia ini.
Penerapan digitalisasi ini mungkin menjadi menjadi sarana untuk mahasiswa berkontribusi untuk mempersiapkan para UMKM lebih siap untuk mengikuti digitalisasi. Sebagai contoh bila tidak siap bisa terkena risiko kejahatan pencurian data.
Seminar episode ini menghadirkan sejumlah narasumber, yaitu Wakil Ketua MPR RI Dr. Ahmad Basarah, SH, MH., Staff Khusus Menteri Koperasi Agus Santoso, public figure dan pelaku kegiatan ekonomi digital sekaligus Meisya Siregar, serta Ikon Pancasila 2019 dan pendiri e-Tani Davyn Sudirdjo.
Diskusi diawali dengan pandangan bahwa ideologi pancasila ini menjadi satu-satunya ideologi yang relevan bagi bangsa Indonesia. Di sisi lain, perekonomian Pancasila yang juga relevan dalam membangun semangat juangnya di era digitalisasi seperti saat ini.
Basarah memaparkan, tidak ada bangsa di dunia yang dapat langsung menjadi bangsa yang besar, terlebih jika bangsa itu tidak memiliki falsafah bangsanya sendiri. Banyak bangsa di dunia yang menjadi besar, seperti Amerika Serikat, Tiongkok, dan Jepang, karena memiliki dan berpedoman pada falsafah bangsanya sendiri.
Karena itu, bangsa Indonesia perlu berpegang teguh pada Pancasila. Nilai-nilai Pancasila sudah hidup di dalam saripatinya budaya bangsa Indonesia, bukan merupakan karangan pendiri bangsa ataupun ciptaan secara asal. Pancasila relevan bagi bangsa Indonesia karena jiwa bangsa Indonesia adalah Pancasila itu sendiri.
Berdasarkan isi Pembukaan Undang Undang Dasar 1945 alinea keempat terdapat sila-sila Pancasila, penyebutan sila ke-5 diawali dengan kalimat “untuk mewujudkan keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia”.
Prinsip berbangsa dan bernegara Indonesia yang disebut sebagai ideologi bangsa Indonesia memiliki tujuan akhir untuk menyejahterakan rakyat Indonesia. Terlebih lagi disebutkan bahwa mencerdaskan bangsa dan segenap tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum, mencerdaskan kehidupan bangsa, dan ikut serta dalam memelihara ketertiban dunia yang berdasarkan perdamaian abadi, dan keadilan sosial.
“Jadi, baik pada janji maupun tujuan negara itu jelas termaktub di dalam Pembukaan Undang Dasar 1945 menurut saya itulah yang menjadi dasar mengapa Pancasila senantiasa relevan bagi bangsa Indonesia karena itulah jiwa bangsa,” terang Basarah.
Menurut Basarah, bila diganti dengan ideologi lain, kemungkinan bangsa Indonesia tidak dapat mengelola perbedaan kemajemukannya. Bangsa yang gagal mengelola perbedaan dan kemajemukan, serta gagal mengelola berbagai kepentingan warga negaranya kini terjebak dalam jurang kehancuran. Bahkan, tak jarang bila kemudian sudah tinggal nama dalam peta dunia.
Agus selaku stafsus Kemenkop menyampaikan, peran UMKM khususnya dalam menghidupkan ekonomi Pancasila. Salah satu tujuan bernegara adalah gerakan rakyat dengan sila kelima, yaitu keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia yang harus segera diwujudkan. Saat ini, banyaknya UMKM yang ada tentunya diharapkan dapat naik kelas dan membantu perekonomian bangsa.
Baca Juga: Setara Institute Beberkan Bahayanya jika BPIP Budayakan Pancasila Hanya dengan Seremoni dan Agitasi
Oleh sebab itu, negara harus hadir dengan membuat kebijakan-kebijakan yang bersifat pro ekonomi kerakyatan. Serangkaian kebijakan tersebut memerlukan payung dari undang-undang yang disusun oleh pemerintah bersama DPR.
Kemudian, pemerintah tentu harus menggandeng swasta besar serta BUMN untuk bersama-sama membangun suatu ekosistem. Jadi, negara tidak bisa membiarkan pelaku usaha UMKM itu sendiri. Salah satu caranya melalui prinsip Pancasila, yaitu melakukan usaha bersama atau gotong royong.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.