JAKARTA, KOMPAS.TV - Penggunaan istilah Dewan Kolonel oleh sejumlah elite politik Fraksi PDI Perjuangan untuk mendukung Puan Maharani, diikuti munculnya gerakan Dewan Kopral dari pendukung Ganjar Pranowo, adalah bentuk satir politik.
Penilaian itu diutarakan Direktur Parameter Politik Indonesia Adi Prayitno, Kamis (22/9/2022). Ia menyebut, dua kubu itu berseberangan secara representasi di kalangan pendukung PDI Perjuangan, khususnya antara Puan Maharani dan Ganjar Pranowo yang disebut sebagai dua calon terkuat capres dari partai pemenang Pilpres 2019 tersebut.
Secara khusus, ia menilai, Dewan Kopral yang dibikin pendukung Ganjar adalah satir bahwa Ganjar tidak didukung elite partai.
"Istilah Dewan Kopral ini adalah kalimat satir untuk membuat distingsi (perbedaan, -red) politik bahwa Ganjar didukung rakyat biasa yang masif, bukat elite tertentu," paparnya kepada KOMPAS.TV, Kamis (22/9).
Baca Juga: Megawati Kaget Ada 'Dewan Kolonel' untuk Puan, Sebut Tidak Masuk dalam Struktur PDI Perjuangan
Ia lantas menyebutkan, dua istilah tersebut menunjukkan adanya dua kubu yang saling berhadap-hadapan.
Puan disebut Adi representasi elite partai, sedangkan Ganjar representasi relawan.
"Sederhananya, Dewan Kolonel dan Dewan Kopral ini ingin mengesankan ada head to head antara pendukung Puan yang mayoritas elite dan pendukung Ganjar dari kalangan orang biasa saja seperti relawan," sambung pengamat politik Universitas Islam Negeri Syarif Hidayatullah Jakarta ini.
Ia lantas mengungkapkan, Dewan Kolonel dan Dewan Kopral berbeda cara kerja untuk memuluskan dukungan masing-masing untuk pilpres.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.