POSO, KOMPAS.TV - Margaretha, petani asal Desa Meko, Kecamatan Pamona Barat, Kabupaten Poso terpaksa beralih pekerjaan sebagai pemecah batu. Hal itu dilakukan karena lahan persawahannya terendam air danau Poso.
Margaretha adalah salah satu dari 71 kepala keluarga yang terdampak naiknya air danau Poso. Semua sawah yang terendam itu tak bisa diolah lagi. Akibatnya, untuk tetap bertahan hidup, para petani harus mencari pekerjaan lain.
Untuk Margaretha sendiri, memilih bekerja sebagai pemecah batu dan mengurus kebun, ibu dari tiga anak itu, kini harus menjadi tulang punggung keluarganya, pasalnya suaminya sejak tahun 2019 dalam keadaan sakit.
Margaretha bercerita, anak keduanya terpaksa tak melanjutkan kuliahnya karena dananya tak cukup lagi. Dalam seminggu, margaretha harus membagi waktu untuk mengambil dan mengumpulkan batu dari sungai, batu itu kemudian dibawah ke satu titik untuk dipecahkan dan dijual lagi.
Diketahui, naiknya air danau poso sejak tahun 2019 itu karena aktivitas pembangunan bendungan pembangkit listrik tenaga air Poso satu. Sejak saat itu, air yang biasa akan turun karena siklus alam, tak kembali lagi. Jadinya sekitar seratusan hektar sawah warga Desa Meko terendam.
Pada prosesnya, Poso Energy sebagai perusahaan yang beroperasi di danau Poso itu telah melakukan ganti rugi hasil panen pada para petani. Namun jumlahnya tak sesuai dengan permintaan petani. Karena terdesak utang warga pun sepakat menerimanya. Kini, para petani dan perusahaan masih melakukan negosiasi jangka panjang tahun 2022.
#PemecahBatu #PetaniDanauPoso #DanauPoso
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.