YOGYAKARTA, KOMPAS.TV - Kegiatan seks oral kerap dilakukan untuk pemanasan jelang hubungan intim atau lazim disebut foreplay. Apakah seks oral berbahaya untuk dilakukan?
Menyitat keterangan Centers for Disease Control and Prevention (CDC), seks oral merupakan kegiatan seks yang melibatkan mulut, untuk merangsang area genital pasangan seks. Jenis seks oral termasuk penis (fellatio), vagina (cunnilingus), dan anus (anilingus).
CDC menyebut seks oral membawa risiko tertular atau menularkan penyakit tertentu.
Di Amerika Serikat, lebih dari 85 persen orang dewasa yang aktif secara seksual, berusia 18-44 tahun, mengaku pernah melakukan seks oral, setidaknya sekali dengan pasangan lawan jenis.
Sementara dalam survei terpisah yang dilakukan sejak 2011 hingga 2015, 41 persen remaja berusia 15-19 tahun menyatakan pernah melakukan seks oral dengan pasangan lawan jenis.
Baca Juga: Australia Peringati Are U Ok? Day, Tanya Kabar Orang Terdekat untuk Cegah Bunuh Diri
CDC menjelaskan penyakit menular seksual (PMS) dan infeksi lainnya dapat menyebar melalui seks oral. Siapa pun yang terpapar dari pasangan terinfeksi, bisa tertular di area mulut, tenggorokan, alat kelamin, atau rektum.
Risiko terkena PMS atau menyebarkan PMS kepada orang lain melalui seks oral, tergantung pada beberapa hal, termasuk jenis PMS tertentu, jenis kelamin, dan jumlah tindakan seks yang dilakukan.
Adapun CDC juga menyebut beberapa faktor yang dapat risiko terjangkit PMS selama seks oral.
Faktor-faktor itu di antaranya:
Untuk mencegah risiko tertular PMS saat melakukan seks oral, CDC menyarankan Anda untuk menggunakan kondom.
Baca Juga: Sama-sama Menyerang Alat Reproduksi Wanita, Apa Perbedaan Kanker Ovarium dan Serviks?
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.