LONDON, KOMPAS.TV - Kementerian Pertahanan Inggris meyakini tentara Rusia tengah menghadapi krisis moral.
Menurut mereka hal tersebut dikarenakan rendahnya bayaran yang mereka terima.
Pada Minggu (4/9/2022), Kementerian Pertahanan Inggris mencuitkan postingan di Twitter mengenai masalah itu.
Menurut mereka saat ini tentara Rusia mengalami masalah kedisiplinan dan moral pada perang di Ukraina.
Baca Juga: Pengkritik Putin Minta Kiriman Senjata ke Ukraina Dipercepat, Ekonomi Eropa Terancam
“Tentara Rusia terus mengalami penderitaan karena masalah moral dan kedisiplinan di Ukraina,” bunyi cuitan mereka dikutip dari Newsweek.
“Sebagai tambahan kelelahan karena pertempuran dan korban yang tinggi, salah satu keluhan utama dari tentara Rusia yang dikerahkan, yaitu masalah gaji yang berkelanjutan,” ujarnya.
Menurut mereka, pendapatan pasukan di militer Rusia terdiri dari gaji inti yang sederhana, ditambah dengan berbagai bonus dan tunjuangan yang kompleks.
“Di Ukraina, kemungkinan besar ada masalah signifikan dengan bonus tempur yang cukup besar dan tak dibayarkan,” tutur mereka.
“Ini mungkin karena birokrasi militer yang tak efisien, status hukum yang tak biasa dari operasi militer khusus, dan setidaknya beberapa korupsi di antara para komandan,” ujarnya.
Kementerian Pertahanan Inggris mengatakan militer Rusia secara konsisten telah gagal memberikan hak dasar bagi pasukan yang dikerahkan ke Ukraina, termasuk seragam, senjata dan jatah yang sesuai, serta gaji.
“Ini hampir pasti berkontribusi pada moral yang rapuh dari sebagian besar pasukan,” bunyi pernyataan mereka.
Baca Juga: Sekutu Ukraina Dibayangi Krisis, Istri Zelenskyy: Rakyat Kami juga Hadapi Krisis, Sekaligus Terbunuh
Inggris merupakan pendukung setia Ukraina, sejak negara itu diserang oleh Rusia pada 24 Februari lalu,
Mereka secara berkala mengabarkan perkembangan yang terjadi di Ukraina.
Meski begitu, penilaian Inggris sering kali dianggap merugikan Rusia dan mendukung Ukraina.
Namun, banyak berpikir bahwa Putin telah gagal untuk mengakhiri perang dengan cepat serta tak mampu membawa Kiev ke pengaruh mereka.
Sumber : Newsweek
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.