BUDAPEST, KOMPAS.TV - Meski hubungan Rusia dengan NATO memburuk karena serangan Ukraina, namun Moskow kian mesra dengan salah satu anggotanya, Hungaria.
Bahkan Rusia akan segera membangun reaktor nuklir di negara tersebut.
Menteri Luar Negeri Hungaria Peter Szijjarto menegaskan bahwa perusahaan nuklir Rusia, Rosatom, akan membangun dua reaktor nuklir di negaranya pada beberapa pekan ke depan.
Kesepakatan tersebut sendiri sudah tercapai pada 2014 lalu, dan bertujuan untuk memperluas PLTN Paks yang sudah ada.
Baca Juga: Khawatir Terjadi Cuci Otak, Spanyol Awasi Acara Metaverse Kripto dan Minta Kaum Muda Hati-Hati
NATO sendiri menjadi kelompok yang paling gencar memberikan sanksi ke Rusia usai Vladimir Putin melancarkan serangan ke Ukraina.
Selain sebagai anggota NATO, Hungaria juga merupakan anggota Uni Eropa (UE).
Rusia sendiri bisa membangun reaktor nuklir di Hungaria karena industri nuklirnya tak menjadi sasaran sanksi UE.
Hungaria sendiri tak mendukung langkah UE untuk memberi sanksi dan mengisolasi ekspor minyak dan gas Rusia.
Pasalnya, Hungaria memiliki ketergantungan cukup besar terhadap gas dan minyak Rusia.
PLTN Paks sendiri memasok 40 persen listrik di Hungaria. Dengan tambahan dua reaktor, PLTN tersebut, yang saat ini menggunakan empat reaktor yang dibangun era Uni Soviet, akan memberikan kapasitas lebih dari dua kali lipat.
“Ini merupakan langkah besar, pencapaian yang penting,” kata Szijjarto di Facebook, seperti dikutip dari BBC, Sabtu (27/8/2022).
“Dengan sikap ini, kami bisa memastikan keamanan energi Hungaria untuk jangka panjang, dan melindungi Hungaria dari kenaikan harga energi yang liar,” tambahnya.
Szijjarto menambahkan bahwa reaktor nuklir itu siap digunakan pada 2030.
Baca Juga: Rusia Tiupkan Angin Segar, Siap Kirim Gas yang Dibutuhkan Eropa tapi Syarat Ini Harus Dipenuhi
Proyek senilai 12,5 miliar euro atau setara Rp184,9 triliun itu, sebagian besar dibiayai oleh Rusia.
Negara-negara UE memang memiliki ketergantungan cukup besar terhadap energi dari Rusia.
Rusia dilaporkan memenuhi sekitar 40 persen kebutuhan energi UE.
Namun, serangan Rusia ke Ukraina pada Februari lalu, membuat banyak negara UE mencoba mengurangi ketergantungan terhadap suplai energi Rusia.
Sumber : BBC
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.