Kompas TV internasional kompas dunia

Tuntut Pembayaran Tunggakan Upah, 60 Pekerja Migran Qatar Ditangkap Polisi Jelang Piala Dunia 2022

Kompas.tv - 23 Agustus 2022, 16:50 WIB
tuntut-pembayaran-tunggakan-upah-60-pekerja-migran-qatar-ditangkap-polisi-jelang-piala-dunia-2022
Ilustrasi. Sebuah instalasi yang dipasang menyambut gelaran Piala Dunia 2022 di Doha Exhibition and Convention Center, Doha, Qatar. Foto diambil pada 31 Maret 2022. (Sumber: Darko Bandic/Associated Press)
Penulis : Ikhsan Abdul Hakim | Editor : Vyara Lestari

DOHA, KOMPAS.TV - Otoritas Qatar dilaporkan menangkap setidaknya 60 pekerja migran yang berdemonstrasi menuntut tunggakan upah berbulan-bulan pada akhir pekan lalu. Kelompok advokasi hak asasi manusia dan perburuhan, Equidem menyebut sebagian dari mereka pun dideportasi.

Penangkapan ini terjadi di tengah ketatnya sorotan internasional terhadap praktik perburuhan di Qatar jelang Piala Dunia 2022. Pesta sepak bola akbar di Timur Tengah ini akan digelar tiga bulan mendatang.

Menurut laporan Associated Press, Senin (22/8/2022), Qatar amat mengandalkan pekerja migran seperti negara-negara Teluk Arab pada umumnya. Perlakuan atas pekerja migran oleh Qatar dikritik berbagai pihak hingga Timnas Norwegia, Jerman, dan Belanda menggelar protes pada 2021 silam.

Mustafa Qadri, direktur eksekutif Equidem yang menginvesigasi insiden ini, menyebut penangkapan dan penahanan itu mempertebal keraguan atas janji Qatar untuk meningkatkan perlakuan terhadap pekerja migran.

“Inikah realitas yang benar-benar terjadi sekarang?” kata Qadri.

Baca Juga: Piala Dunia Qatar 2022: Misteri Gol Hantu Frank Lampard, Pemicu Teknologi Garis Gawang

Demonstrasi menuntut tunggakan upah itu terjadi di luar kantor Al-Bandary International Group di Doha, 14 Agustus lalu. Al-Bandary International Group adalah konglomerasi yang membawahi perusahaan sektor konstruksi, real estat, hotel, makanan, dan bidang usaha lain.

Sekitar 60 pekerja yang berang karena tak diupah memblokade Jalan Lingkar C di Doha, dekat Menara Al-Shoumoukh. Equidem melaporkan bahwa sebagian pekerja itu tidak menerima upah hingga tujuh bulan.

Pada Minggu (21/8), pemerintah Qatar mengakui penangkapan tersebut dan menyatakan bahwa sejumlah demonstran “melanggar undang-undang keamanan masyarakat.” Namun, Qatar enggan menjelaskan lebih lanjut mengenai kabar penangkapan atau deportasi.


Sementara itu, Al-Bandary International Group tidak merespons ketika dimintai tanggapan tentang insiden ini.

Pemerintah Qatar mengakui bahwa konglomerasi itu tidak membayar upah dan Kementerian Ketenagakerjaan akan membayar “seluruh gaji dan tunjangan yang tertunggak”.

“Perusahaan itu tengah diinvestigasi oleh otoritas karena tidak membayar upah sebelum insiden ini, dan sekarang tindakan selanjutnya tengah ditempuh setelah tenggat untuk membereskan hilangnya upah yang berjumlah luar biasa,” demikian tulis pernyataan pemerintah Qatar.

Qadri menyebut, polisi menggelandang para demonstran ke sebuah pusat penahanan tanpa pendingin ruangan di tengah cuaca panas Qatar. Pekan ini, temperatur di Doha dilaporkan mencapai sekitar 41 derajat Celsius.

Menurut Qadri, berdasarkan keterangan seorang pekerja yang ditahan, polisi berkata ke para pekerja bahwa jika mereka bisa berdemonstrasi di tengah cuaca panas, mereka harusnya bisa tidur tanpa pendingin ruangan.

Seorang pekerja yang menelepon Equidem mengaku melihat sekitar 300 pekerja migran dari Bangladesh, Mesir, India, Nepal, dan Filipina di pusat penahanan itu.

Baca Juga: Poster Piala Dunia Qatar 2022 Dibuat Seniman Perempuan Bouthayna Al Muftah, Ini Maknanya

 

 




Sumber : Associated Press




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x