JAKARTA, KOMPAS.TV- Presiden Joko Widodo menyampaikan Indonesia berhasil meraih sertifikat dari International Rice Research Institute.
Sertifikat tersebut, kata Jokowi, merupakan penghargaan untuk Indonesia yang telah berhasil melakukan swasembada beras dalam sistem ketahanan pangan.
“Patut kita syukuri, 2 minggu yang lalu, disampaikan kepada kita sebuah sertifikat dari International Rice Research Institute, yang menyatakan bahwa ketahanan pangan kita baik dan swasembada beras kita sudah di 2019,” ujar Jokowi dalam pengarahannya kepada KADIN se-Indonesia, Selasa (23/8/2022).
“Di sisi lain, negara lain kekurangan pangan kita justru dinyatakan sudah swasembada beras dan sistem ketahanan pangan kita baik.”
Baca Juga: Curhat Jokowi kepada KADIN se-Indonesia: Ketidakpastian Global Tidak Gampang, Justru Kian Rumit
Oleh karena itu, Jokowi menegaskan menolak situasi krisis pangan yang terjadi di sejumlah negara justru memunculkan sikap pesimisme.
Menurut Jokowi, dalam menghadapi ketahanan pangan yang terpenting adalah waspada, hati-hati dan selalu optimistis.
“Hal-hal seperti ini yang enggak perlu kita (pesimis), kita harus waspada, iya, kita harus hati-hati, iya, tapi jangan memunculkan sebuah pesimisme ini yang selalu saya enggak mau,” kata Jokowi
“Tetap harus optimis, karena setiap kesulitan pasti ada peluang di situ, pasti.”
Baca Juga: Kepada Mahfud MD, Arteria Singgung Tito Karnavian dan Yasonna H Laoly yang Diam di Kasus Ferdy Sambo
Presiden Jokowi pun berpendapat, dengan adanya krisis pangan yang kini membayangi banyak negara itu berarti perluang untuk jualan pangan.
“Kalau jualan pangan itu paling cepat sekarang. Kemarin misalnya dari China minta beras 2,5 juta ton, dari negara lain Saudi, misalnya sebulan minta 100 ribu ton beras,” tutur Jokowi.
“Saat ini kita belum berani, sudah kita stop dulu, tapi begitu produksinya melompat karena Bapak Ibu terjun ke situ, bisa saja melimpah dan bisa kita ekspor, dengan harga yang sangat visible, dengan harga yang sangat baik.”
Baca Juga: Demokrat Usul Jenderal Listyo Sigit Nonaktif, Trimedya: Kapolri On The Track Kok
Kemudian, kata Jokowi, untuk substitusi impor atau barang-barang yang Indonesia impor, memang harus dihentikan dengan kondisi saat ini.
“Supaya devisa kita tidak habis dipakai untuk membayar, dollar-dollar kita tidak habis untuk dipakai membayar impor, yang masih impor apa gandum, 11 juta ton.”
“Indonesia enggak bisa menanam gandum, engga bisa, ya campurannya gandum. Gandum bisa dicampur cassava, gandum bisa dicampur sorgum, gandum bisa dicampur sagu dan lain-lainnya.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.