MOSKOW, KOMPAS.TV - Wakil Menteri Luar Negeri Rusia Alexander Pankin mengkritik sistem finansial global bentukan Amerika Serikat (AS) yang dianggapnya sudah tak sesuai dengan kondisi dunia saat ini.
Ia pun mengaku Federasi Rusia akan meninggalkan mata uang dolar AS dan euro dalam transaksi internasional.
Hal tersebut disampaikan Pankin dalam wawancara kepada kantor berita Rusia, TASS, Jumat (19/8/2022).
Moskow disebutnya bakal meninggalkan dolar AS dan euro karena dua mata uang itu menjadi “toksik” akibat tekanan politik Barat.
Rusia diketahui ramai-ramai disanksi negara Barat menyusul invasi mereka ke Ukraina yang diluncurkan sejak 24 Februari silam.
“Melawan tekanan geopolitik yang meningkat dari kolektif Barat, satu-satunya cara menjamin ikatan investasi, ekonomi, dan perdagangan yang stabil antara Rusia dengan mitra-mitranya adalah menghindari mata uang yang berubah menjadi toksik, terutama dolar AS dan euro,” kata Pankin.
Baca Juga: Rusia Umumkan Hentikan Total Pasokan Gas ke Eropa selama Tiga Hari karena Perawatan Rutin
Lebih lanjut, diplomat Moskow itu menyatakan bahwa pihaknya akan memakai rubel sebagai alternatif transaksi dengan mitra internasional.
Pankin mengklaim Barat menggunakan privilese dalam sistem finansial global untuk menekan negara lain.
Di lain sisi, ia mengaku berbesar hati menyaksikan banyak negara mempertimbangkan proses de-dolarisasi dalam aktivitas ekonomi internasional untuk “memastikan kedaulatan.”
Pankin menyatakan bahwa sistem finansial global yang sekarang “tidak sesuai dengan kondisi dunia multipolar dan pada dasarnya telah menjadi instrumen sekelompok negara mencapai tujuan-tujuan politis.”
“Ternyata, jika ada kemauan politis, isu ini bisa dibereskan,” pungkas Pankin.
Baca Juga: AS Kembali akan Kirimkan Bantuan Militer ke Ukraina, Kali Ini USD800 Juta Termasuk Drone Intai
Sumber : TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.