WASHINGTON, KOMPAS.TV - Ahli Rusia dan mantan pejabat intelijen Badan Intelijen Pertahanan Rebekah Koffler meragukan Korea Utara akan mengirimkan 100 ribu tentaranya untuk membantu Rusia di Ukraina.
Presiden Rusia, Vladimir Putin diperkirakan tak akan setuju bantuan pasukan rezim Kim Jong-un.
Rusia dilaporkan akan mendapatkan bantuan dari Korea Utara dalam menghadapi pasukan Ukraina juga membantu perbaikan Donbas.
Laporan pengiriman ratusan ribu pasukan Korea Utara untuk membantu kampanye Rusia di Ukraina mulai tersebar di situs berita Barat dan Rusia pekan lalu.
Baca Juga: Rusia dan Korea Utara Kian Mesra, Pekerja Negara Kim Jong-Un Bakal Dikerahkan untuk Perbaiki Donbas?
Hal itu terjadi setelah Kantor Berita Pro-Rusia, Regnum merilis artikel tersebut awal bulan ini.
Rebekah Koffler menegaskan pengiriman tentara Korea Utara ke Ukraina tidak masuk akal, dan Putin akan menentangnya.
“Mesin propaganda Rusia bisa mengatakan 100.000 pasukan sukarelawan Korea Utara akan berperang untuk Rusia, hanya utuk menakuti Barat, tetapi kenyataannya itu hanya disinformasi,” tutur Koffler kepada Fox News.
“Putin tak akan menerimanya. Itu sangat tidak mungkin. Pikirkan saja skalanya,” lanjutnya.
Selain faktanya bahwa Rusia dan Korea Utara tak pernah melakukan latihan perang bersama dan Pyongyang tak lagi aktiv berperang selama beberapada dekade, logistik untuk aliansi tersebut akan menyulitkan.
“Aspek komando dan kontrol sangat tak mungkin. Mereka tak berbicara Rusia," ujar Koffler terkait tentara Korea Utara secara rata-rata.
Baca Juga: Putin Disebut akan Minta Kim Jong-un Kirim 100.000 Tentara ke Ukraina, Imbalannya Energi dan Gandum
“Bagaimana mereka akan menggunakan sistem persenjataan Rusia? Akan ada lebih banyak hal yang berantakan ketimbang pertolongan,” lanjut dia.
Selain itu, Koffler menilai bahaya lebih besar datang dari Belarusia ketimbang dari Korea Utara.
“Ingat, Belarusia, Chechnya, Buryat, dan semua yang datang dari Uni Sovyet bicara Rusia,” katanya.
“Mereka lebih terintegrasi. Tak hanya mereka memiliki taktik, teknik dan prosedur, tetapi juga doktrin yang sama dalam perang,” tambah Koffler.
Sumber : Fox News
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.