NEW YORK, KOMPAS.TV - NATO diklaim menaruh potensi nuklirnya semakin dekat ke perbatasan Federasi Rusia. Kebijakan “sembrono” itu dianggap membuat risiko konflik nuklir di dunia semakin tinggi.
Hal tersebut disampaikan Utusan Tetap Rusia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) dan Organisasi Internasional Lain di Jenewa, Andrey Belousov pada Jumat (5/8/2022). Ia bicara potensi konflik nuklir ketika menghadiri Konferensi Peninjauan Traktat Non-proliferasi nuklir (NPT RevCon) ke-10 di New York, Amerika Serikat (AS).
Belousov menyebut, proliferasi nuklir NATO, terutama milik AS, di Benua Eropa membuat dunia rentan konflik nuklir.
“NATO secara terbuka menyatakan bahwa ia adalah aliansi nuklir. Senjata nuklir AS diterjunkan di wilayah negara-negara sekutu (NATO) non-nuklir, skenario praktis dari pengunaan mereka yang melibatkan negara non-nuklir tengah ditilik,” kata Belousov dikutip TASS.
Baca Juga: PLTN Zaporizhzia Diserang, Diplomat Rusia Takut Material Nuklir Ukraina Jatuh ke Tangan Teroris
Pernyataan Belousov tersebut senada dengan klaim Presiden Rusia Vladimir Putin ketika berjumpa Presiden Belarusia Aleksandr Lukashenko di St. Petersburg pada 25 Juli lalu.
Waktu itu, Putin mengeklaim AS punya 200 senjata nuklir taktis di Eropa yang tersebar di enam negara NATO. Namun, ia tidak menyebutkan negara mana saja yang dimaksud.
Belousov pun menyatakan bahwa Washington harus menarik senjata nuklirnya dari Eropa.
“Orientasi anti-Rusia dari langkah-langkah ini tidak ditutupi, dan telah diungkap ke umum bahwa potensi-potensi (nuklir) ini kemungkinan akan dipindahkan lebih dekat ke perbatasan Rusia. Tindakan sembrono seperti itu merugikan bagi keamanan internasional, meningkatkan risiko konflik nuklir dan menghalangi upaya pelucutan (senjata nuklir),” kata Belousov.
“Senjata-senjata nuklir AS harus dikembalikan ke wilayah asalnya dan infrastruktur penerjunan mereka di Eropa harus dibongkar. NATO harus menghentikan praktik misi nuklir gabungan,” tegasnya.
Di lain pihak, Belousov juga mengomentari serangan artileri ke Pembangkit Listrik Tenaga Nuklir (PLTN) Zaporizhzhia Ukraina yang kini diduduki Rusia.
Menurutnya, serangan ke PLTN Zaporizhzhia menjadi bukti bahwa bencana rentan terjadi di fasilitas Ukraina. Apabila terjadi hal yang tak diinginkan, material nuklir Ukraina dikhawatirkan bisa jatuh ke tangan teroris.
Lebih lanjut, Belousov mengeklaim bahwa Moskow berusaha menjaga agar material nuklir Ukraina di PLTN Zaporizhzhia tidak jatuh ke tangan teroris.
Pihak Rusia dan Ukraina sendiri sama-sama tidak mengaku bertanggung jawab atas serangan ke PLTN Zaporizhzhia dan justru saling lempar tudingan.
Baca Juga: Rusia Kumpulkan Pasukan di Selatan Ukraina, Inggris: Perang Masuki Fase Baru
Sumber : Kompas TV/TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.