JAKARTA, KOMPAS.TV - Wakil Presiden Ma'ruf Amin ingin agar budayawan muslim ciptakan karya-karya positif yang membentengi bangsa dari budaya-budaya destruktif. Dalam menciptakan karya semacam itu, ia meminta bangsa dan budayawan muslim bersinergi.
Hal itu diungkapkan Wapres Ma’ruf saat membuka Multaqa Seniman dan Budayawan Muslim Se-Indonesia, FGD dan Rakornas Lembaga Seni Budaya Peradaban Islam (LSBPI) Majelis Ulama Indonesia (MUI) secara virtual, Selasa (2/8/2022).
"Dalam multaqa ini saya berharap tercipta sinergi antarseniman dan budayawan Muslim untuk membentengi bangsa ini dari budaya-budaya destruktif. Sekaligus tercipta kekuatan kreatif yang melahirkan gagasan-gagasan dan karya-karya yang positif bagi bangsa ini," kata Wapres Ma'ruf dikutip dari Antara, Selasa (2/8/2022).
Dalam sejarah peradaban Islam di Indonesia, lanuut Wapres, banyak para dai dan mubaligh yang mendakwahkan Islam juga merupakan seniman ulung.
Ia menyebut, para seniman ini menggunakan seni sebagai wasilah dakwah, tidak terkecuali karya-karya sastra popular yang dikenal belakangan ini.
"Jika kita baca pelan-pelan karya-karya para sastrawan, kita akan menemukan ada banyak jejak pesan dakwah di sana. Puisi-puisi Zawawi Imron, Emha Ainun Nadjib dan puisi-puisi Gus Mus sepenuhnya adalah dakwah," paparnya.
"Demikian juga kebanyakan puisi dari Taufiq Ismail. Puisi itu dilagukan oleh Bimbo yang isinya dakwah," sambung Wapres.
Baca Juga: Wapres Maruf Amin: Penduduk Surga Kebanyakan Bangsa Indonesia
Wapres lantas mmengutip satu hadis, yang diriwayatkan oleh sahabat nabi bernama Al Barra’ bin Azib.
Wapres juga menyebut banyak seniman yang sejatinya adalah juga seorang dai atau memiliki fitrah sebagai penyeru kebajikan.
Misalnya, ia menyebut Raja Ali Haji dari Pulau Penyengat Kepulauan Riau dengan karya Gurindam Dua Belas.
Ada juga K.H. Bisri Mustofa, ayahanda KH Mustofa Bisri atau biasa disapa Gus Mus yang menulis Tafsir Al Ibriz, tetapi juga menulis syair-syair yang indah dalam bahasa Jawa berjudul "Ngudi Susilo".
Lalu ada K.H. Bukhori Masruri yang dinyanyikan oleh Grup Kasidah Nasida Ria seperti "Perdamaian","Damailah Palestina", dan "Tahun 2000".
Wapres juga menyebut Ketua MUI pertama, Buya Hamka, yang disebutnya sebagai seorang ulama yang pujangga dan sekaligus pujangga yang ulama.
Baca Juga: Kisah Buya Hamka, Ketua MUI Pertama yang Enggan Digaji
Di daerah lain, kata dia, ada juga Ki Asep Sunandar Sunarya, dalang wayang golek terkenal dari Tanah Pasundan maupun Ki Entus Susmono, dalang dari Tegal.
Bahkan, dalang itu disebut wapres Ma'ruf dalang yang humoris dan sering memasukkan pesan dakwah dalam pagelaran wayang kulit yang didalanginya.
Sumber : Kompas TV/Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.