MOSKOW, KOMPAS.TV - Risiko konflik militer dari tensi Serbia-Kosovo menyusul kerusuhan etnis Serb di Kosovo masih ada. Namun, manuver diplomatik dinilai masih berpeluang meredakan ketegangan dan memperbaiki hubungan kedua negara.
Hal tersebut disampaikan Kepala Dewan Urusan Internasional Rusia Andrey Kortunov, Senin (1/8/2022).
Eskalasi Serbia-Kosovo memanas menyusul rencana Pristina mewajibkan plat nomor dan kartu identitas Kosovo bagi etnis Serb yang masuk dari Serbia. Warga yang hanya membawa plat nomor dan kartu identitas Serbia akan dilarang masuk.
Kebijakan itu sedianya akan diberlakukan pada 1 Agustus 2022. Namun, etnis Serb di Kosovo membangkang dan membuat kerusuhan, memblokade jalanan, membunyikan sirene, serta membuat rentetan tembakan peringatan.
Menyusul kerusuhan tersebut, berkat lobi internasional, Pristina memutuskan untuk menunda pemberlakuan kebijakan itu hingga 1 September mendatang.
Baca Juga: Serbia-Kosovo Memanas! Dipicu Kebijakan Plat Nomor dan Kartu Identitas Etnis Serb
Kortunov menilai keputusan itu sekadar menunda krisis, tidak menyelesaikannya. Ia pun menawarkan roadmap intergasi Serbia dan Kosovo ke Uni Eropa sebagai salah satu solusi menyelesaikan krisis.
“Untuk sekarang, terlalu awal untuk mengatakan bahwa krisis (Serbia-Kosovo) telah selesai. Ini hanya sekadar penundaan, dan bukan suatu perubahan funddamental di posisi Pristina,” kata Kortunov kepada TASS.
“Sangat penting untuk menggunakan kesempatan ini untuk meningkatkan upaya diplomatis demi menyelesaikan krisis ini. Ancaman (konflik militer) masih ada di sana,” imbuhnya.
Meskipun menganggap integrasi kedua negara ke Uni Eropa sebagai solusi, Kortunov menggarisbawahi kecenderungan organisasi antarpemerintahan itu yang membiarkan sejumlah negara-negara dalam daftar tunggu selama berdekade-dekade.
Untuk mengatasinya, terkait tawaran ke Serbia dan Kosovo, Kortunov menyarankan Uni Eropa untuk menawarkan roadmap yang “spesifik” dan “dirumuskan dengan baik.”
“Seberapa siap Uni Eropa dapat mempertimbangkan isu admisi Kosovo dan Serbia secara praktis? Terdapat negara-negara lain di dekat yang mungkin lebih siap bergabung, tetapi prospek keanggotaan mereka justru kabur,” kata Kortunov.
“Ini, tentu saja, merongrong kredibilitas perundingan tentang integrasi (Serbia dan Kosovo ke Uni Eropa),” pungkas dia.
Baca Juga: Serbia-Kosovo Memanas: Ada Peluang Konflik Bersenjata, Rusia dan NATO Siap Intervensi
Sumber : Kompas TV/TASS
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.