Kompas TV nasional peristiwa

Peristiwa Rengasdengklok Sebelum Kemerdekaan: Saling Bentak Soekarno dan Para Pemuda

Kompas.tv - 1 Agustus 2022, 06:10 WIB
peristiwa-rengasdengklok-sebelum-kemerdekaan-saling-bentak-soekarno-dan-para-pemuda
Bung Hatta (berdiri) ketika menjelaskan lagi pendapatnya tentang saat-saat menjelang Proklamasi Kemerdekaan di rumah bekas penculiknya, Singgih (baju batik hitam). Tampak dari kiri kekanan: GPH Djatikusumo, D Matullesy SH, Singgih, Mayjen (Purn) Sungkono, Bung Hatta, dan bekas tamtama PETA Hamdhani, yang membantu Singgih dalam penculikan Soekarno-Hatta ke Rengasdengklok. (Sumber: Kompas/JB Suratno)
Penulis : Iman Firdaus | Editor : Hariyanto Kurniawan

JAKARTA, KOMPAS.TV - Rengasdengklok tak bisa dipisahkan dari perjalanan kemerdekaan Indonesia. Wilayah yang berada di Karawang, Jawa Barat, ini menjadi saksi sejarah ketika para pendiri bangsa diculik oleh sejumlah pemuda untuk segera memproklamasikan kemerdekaan Indonesia.

Dalam buku "Menuju Gerbang Kemerdekaan" yang ditulis oleh Mohammad Hatta, (Penerbit Buku Kompas 2011), diceritakan pada 15 Agustus 1945 sore hari telah datang dua pemuda, Soebadio Sastrosatomo dan Soebianto (paman dari Menteri Pertahanan Prabowo Soebianto).

Kedatangan dua pemuda ke rumah Hatta untuk mendesak segera membacakan proklamasi kemerdekaan saat itu juga. "Mereka mendesak bantuanku supaya kemerdekaan Indonesia jangan dinyatakan oleh Panitia Persiapan Kemerdekaan Indonesia yang terkenal sebagai buatan Jepang, tetapi oleh Soekarno sendiri sebagai pemimpin bangsa," kata Hatta.

Baca Juga: 5 Peristiwa Penting 16 Agustus: Peristiwa Rengasdengklok, Momen Sejarah Sehari Jelang Kemerdekaan

Alasan para pemuda, karena Jepang sudah kalah perang. Namun Hatta menolak desakan anak-anak muda itu. Alasannya, Jepang sudah mengakui kemerdekaan Indonesia dan esok hari pada 16 Agustus Panitia Persiapan Kemerdekaan akan membacakan di Pejambon, Jakarta pada pukul 10.00.

"Itu harus dihalangi," kata para pemuda itu. Perdebatan alot selama 30 menit pun tak membuahkan hasil. Mereka pun bergegas pulang sambil menuding Hatta tidak bersikap revolusioner.

Rupanya, malam itu juga di rumah Soekarno sedang terjadi perdebatan panas antara sejumlah pemuda dengan Soekarno. Salah seorang pemuda, Wikana, mendesak agar Proklamasi dibacakan malam itu juga sebelum pukul 24.00.

"Apabila Bung Karno tidak mau mengucapkan pengumuman kemerdekaan itu malam ini juga, besok pagi akan terjadi pembunuhan dan penumpahan darah," kata Wikana.

Mendengar ancaman tersebut, Soekarno naik pitam. "Ini leherku, seretlah aku ke pojok sana dan sudahilah nyawaku malam ini," katanya. Mendengar kemarahan Soekarno, Wikana terperanjat. 

Pertengkaran malam itu tidak mencapai titik temu. Para pemuda bubar, Soekarno pergi tidur.

Besoknya, pada 16 Agustus, Hatta yang sedang makan sahur dikagetkan oleh ketukan di pintu. Di luar sejumlah pemuda yang dipimpin Soekarni memberitahu bahwa pada pukul 12.00 siang Bung Hatta harus ikut ke Rengasdengklok, Karawang.

"Ini sudah menjadi keputusan kami. Bung ikut saja bersama Bung Karno ke Rengasdengklok," kata Soekarni. 

Pada jam yang sudah dijanjikan, Bung Hatta ikut bersama pemuda dengan hanya pakaian yang melekat di baju. Sementara Soekarno ditemani isterinya, Fatmawati dan anaknya yang masih bayi, Guntur. 




Sumber : Kompas TV




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x