JAKARTA, KOMPAS.TV – Penangkapan enam orang yang diduga agen intelijen asing oleh Satuan Tugas (Satgas) Marinir Ambalat XXVIII TNI Angkatan Laut disebut menunjukkan adanya data dan informasi negara yang bocor.
Hal itu diungkapkan Anggota Komisi I DPR Dave Laksono. Ia menilai, apa yang terjadi ini adalah suatu hal yang memalukan dan menyedihkan. "Apa yang terjadi ini adalah suatu hal yang memalukan dan menyedihkan. Ini membuktikan masih ada kemungkinan-kemungkinan kebocoran, apakah itu informasi ataupun hal-hal yang bisa membocorkan rahasia negara," kata Dave dalam keterangan pers, Senin (25/7/2022).
Dave menuturkan, perlu ada penelusuran untuk mengetahui bagaimana proses tiga WNI itu bisa direkrut menjadi intelijen asing. Selain itu, Ia meminta keamanan di semua instansi dan pemerintahan ditingkatkan.
"Di sini juga harus lebih ditingkatkan keamanan semua instansi militer ataupun juga kantor-kantor kementerian yang meng-handle hal sensitif," tuturnya.
Insiden penangkapan agen intelijen asing itu, diungkapkan Dave, merupakan momen untuk memperbaiki sistem keamanan serta kemampuan intelijen Indonesia. Sehingga dipastikan tidak ada kebocoran atau pencurian data negara.
Baca Juga: Kronologi 3 WNA yang Diduga Intelijen Asing Masuk Indonesia dan Ditangkap Kantor Imigrasi Nunukan
Diketahui, TNI AL menangkap enam orang yang diduga intelijen tersebut di Pulau Sebatik Kabupaten Nunukan, Kalimantan Utara (Kaltara) pada Rabu (20/7/2022). Dari enam orang yang ditangkap, tiga orang di antaranya merupakan warga negara Indonesia (WNI).
Ketiga WNI tersebut bernama Elwin (23), Thomas Randi Rau (40) dan Yosafat bin Yusuf (40). Sementara, tiga lainnya merupakan warga negara asing (WNA) yaitu, Leo bin Simon(39), Hp Jin Kiat (40) asal Malaysia, dan Bai Jidong (45) asal China.
Keenamnya diduga intelijen karena melakukan pemotretan terhadap obyek vital negara di kawasan perbatasan Indonesia-Malaysia.
Sebelumnya, Kepala Kantor Imigrasi Nunukan Washington Saut Dompak Napitupulu menyebutkan, ketiga WNA beralasan sedang melakukan survei lahan. WNA tersebut mengaku, survei lahan itu menjadi salah satu lokasi rancangan pembangunan jembatan.
Jembatan yang dimaksud nantinya akan menjadi penghubung antara wilayah Tawau di Malaysia, Pulau Sebatik Malaysia, dan Sebatik Indonesia.
"Dalam denah plan pembangunannya, jembatan tersebut nanti dibuat bercabang. Satunya berujung di Sebatik wilayah Malaysia, dan satu lagi di Sebatik Indonesia," terangnya, Jumat (22/7/2022), dikutip dari Kompas.com.
Namun demikian, Saut menuturkan, sejauh ini belum ada pemberitahuan resmi akan adanya proyek pembangunan jembatan yang dijadikan alasan oleh para warga China dan Malaysia tersebut.
"Banyak kejanggalan yang masih butuh pendalaman. Kami terus melakukan penyelidikan dan pemeriksaan terhadap mereka," ujarnya.
Baca Juga: Fakta 6 Intelijen Asing Ditangkap Marinir TNI AL: Ternyata 3 WNI hingga Bukti Foto-foto Ini di HP
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.