JAKARTA, KOMPAS.TV – Pada hari ini 21 tahun yang lalu, bertepatan dengan 23 Juli 2001, Presiden Keempat RI Abdurrahman Wahid atau Gus Dur dilengserkan dari tampuk kursi presiden oleh para politikus.
Hal itu diungkap Peneliti PARA Syndicate, Virdika Rizky Utama, yang menyebutkan fitnah dan politik yang menyebabkan beliau jatuh, bukan lantaran korupsi.
Bahkan, Virdika menuliskan penelitiannya dalam buku investigasi bertajuk ‘Menjerat Gus Dur’.
Buku itu, menurutnya, sengaja dibuat untuk menunjukkan fakta sejarah di balik pelengseran Gus Dur yang dilakukan sejumlah politisi waktu itu.
Menurut Virdika, sejarah Indonesia harus membuktikan narasi tuduhan Gus Dur jatuh karena korupsi yang dianggapnya salah kaprah.
“Hari ini 21 tahun Presiden Gus Dur dilengserkan karena sebuah fitnah keji yang tidak terbukti. Beliau jatuh karena politisi, bukan korupsi. Sejarah kita harus menuliskan hal itu dengan benar,” kata Virdika saat dihubungi KOMPAS.TV, Sabtu (23/7/2022).
Ia lantas menjelaskan, tahun 2001 hingga sekarang sudah 2022 merupakan waktu yagn cukup lama untuk narasi sejarah yang keliru tersebut.
"21 tahun dan merupakan sebuah waktu yang sangat lama bagi bertahannya sebuah narasi sejarah yang keliru," paparnya.
"Bila tak diubah sesegara mungkin, kebaikan-kebaikan dan perjuangan Gus Dur saat menjadi presiden hanya akan dianggap sebagai mitos," sambungnya.
Ia lantas menjelaskan, dalam sejarah politik—terlebih politik praktis, sangat jarang sebuah kekalahan bisa dikenang dan justru disanjung. Gus Dur adalah pengecualian.
Karena kekukuhannya menjaga sebuah etika dan moral politik, lanjut Virdika, sosok Gus Dur terus dikenang.
“Pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid atau Gus Dur merupakan salah satu contohnya. Ia memimpin di masa transisi dari otoriter menjadi demokrasi pasti tak akan mudah," imbuhnya.
Gus Dur, lanjut Virdika, dituntut untuk menjalankan dan menciptakan situasi politik yang demokratis dan adil.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.