BENGKULU, KOMPAS.TV - Diakui sejumlah petani padi di Kota Bengkulu, mahalnya pupuk non subsidi sudah mulai merangkak saat awal pandemi COVID-19 lalu. Namun kenaikan tertinggi terjadi dalam tiga bulan terakhir, kenaikan pupuk non subsidi ini bahkan mencapai dua kali lipat dari harga sebelumnya.
Jelang masa tanam kedua di tahun ini, petani pun mulai kebingungan untuk memberi pupuk tanaman padi mereka. Selain harga pupuk non subsidi yang mahal, pupuk subsidi yang didapat dari pemerintah pun kini mulai dibatasi.
Petani tidak mengetahui pasti apa penyebab dari pembatasan pembelian pupuk subsidi tersebut. Sebagian petani terpaksa membeli pupuk non subsidi dengan harga tinggi, sementara petani lainnya bertahan dengan pupuk subsidi seadanya yang berimbas pada hasil panen padi yang berkurang hingga 50 persen.
Imbas dari tingginya harga pupuk tak hanya dirasakan oleh petani, penjual pupuk di Pasar Panorama pun mengalami penurunan penjualan sejak harga pupuk non subsidi naik drastic.
Harga pupuk yang sebelumnya berkisar 200.000 hingga 300.000 rupiah perkarung isi 50 kilogram naik hingga 600.000 rupiah perkarung. Diakui penjual, kenaikan drastis pupuk mulai terjadi saat harga sawit mahal beberapa waktu lalu.
Saat ini, petani masih mempersiapkan lahan untuk masa tanam padi yang dijadwalkan pada awal bulan Agustus mendatang sembari menunggu jika ada penurunan harga pupuk di pasaran.
#petani #bengkulu #pupuk
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.