Kompas TV bisnis kebijakan

Dampak Inflasi AS: Picu Kenaikan Harga Barang Dalam Negeri hingga Ancaman Resesi

Kompas.tv - 15 Juli 2022, 13:21 WIB
dampak-inflasi-as-picu-kenaikan-harga-barang-dalam-negeri-hingga-ancaman-resesi
Ilustrasi. Nilai tukar rupiah (kurs) terhadap dolar AS melemah.  (Sumber: Kompas.tv/Ant)
Penulis : Fransisca Natalia | Editor : Edy A. Putra

JAKARTA, KOMPAS.TV – Bank Indonesia (BI) siap menyesuaikan suku bunga acuan jika inflasi inti terus meningkat. Jika sampai akhir tahun kenaikan suku bunga The Federal Reserve (The Fed) terus berlanjut, patut diwaspadai karena menambah ketidakpastian pasar keuangan dan memicu resesi global.

“Kebijakan moneter BI tahun ini akan lebih mengedepankan stabilitas (pro stability). Sementara, bauran kebijakan BI lainnya untuk mendorong pemulihan ekonomi (pro growth),” kata Deputi Gubernur BI Yuda Agung pada acara Central Bank Policy Mix for Stability and Economic Recovery di Bali, Rabu (13/7/2022).

Bauran kebijakan itu terdiri dari pengaturan kebijakan makroprudensial, sistem pembayaran, pengembangan pasar uang, dan penciptaan keuangan inklusif dan hijau. Saat ini, BI masih mempertahankan tingkat suku bunga acuan sebesar 3,5 persen.

Seperti diketahui, badan statistik AS mencatat, inflasi AS pada Juni 2022 sebesar 9,1 persen secara tahunan. Inflasi tahunan tertinggi di AS sejak 1981 ini berpotensi mendorong bank sentral AS, The Fed, semakin agresif menaikkan suku bunga acuannya.

Sepanjang tahun ini saja, The Fed sudah menaikkan suku bunganya sebanyak 150 basis poin ke level 1,5-1,75 persen.


Baca Juga: Inflasi AS Tertinggi dalam 40 Tahun, Sinyal Kenaikan Suku Bunga The Fed Kian Kuat

Ekonom Center of Reform on Economics (CORE) Yusuf Rendy Manilet menuturkan, kenaikan inflasi di AS akan disusul oleh agresivitas kenaikan suku bunga acuan untuk menjaga peredaran dolar AS agar lebih stabil.

Jika sampai akhir tahun kenaikan suku bunga The Fed terus berlanjut, stabilitas pasar keuangan negara berkembang akan terganggu oleh aliran modal keluar.

“Di pasar keuangan, kebijakan itu dapat memicu terjadinya capital outflow yang disebabkan oleh melebarnya kesenjangan antara suku bunga domestik dan suku bunga internasional," ujar Yusuf, dikutip dari Kompas.id pada Jumat (15/7/2022).

"Dana dari emerging market akan berpindah ke AS sehingga akan memberikan dampak terhadap pelemahan nilai tukar.”

Contohnya, pelemahan nilai tukar rupiah sudah terjadi sejak bulan lalu, imbas dari kenaikan suku bunga The Fed.

Pada penutupan perdagangan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate (JISDOR) Bank Indonesia (BI), Kamis, rupiah berada di level Rp14.999 per dolar AS.




Sumber : Kompas TV/Kompas.id




BERITA LAINNYA



FOLLOW US




Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.


VIDEO TERPOPULER

Close Ads x