FLORIDA, KOMPAS.TV - Sinyal kenaikan suku bunga acuan bank sentral Amerika Serikat, The Federal Reserve (The Fed), semakin kuat. Presiden The Fed Atlanta Raphael Bostic mengatakan, The Fed harus menaikkan suku bunga untuk menahan inflasi yang berada di level tertinggi dalam 40 tahun.
"Semuanya dalam permainan. Angka (inflasi) hari ini menunjukkan lintasan tidak bergerak secara positif. Seberapa banyak saya perlu beradaptasi adalah pertanyaan berikutnya," kata Bostic kepada wartawan di Florida, AS, dikutip dari Antara, Kamis (14/7/2022).
Bostic adalah satu dari sejumlah pejabat The Fed yang memberi sinyal kenaikan suku bunga AS. Sebelumnya, The Fed telah menaikkan suku bunganya cukup tinggi. The Fed diperkirakan akan kembali menaikkan suku bunga pada pertemuan kebijakan mendatang mereka pada 26-27 Juli.
Baca Juga: RI Masuk Daftar Negara Terancam Resesi Bareng Sri Lanka, Sri Mulyani Bilang Begini
Pada Rabu (13/7/2022) kemarin, Departemen Tenaga Kerja AS menyatakan kenaikan biaya gas, makanan dan sewa, membuat inflasi sebesar 9,1 persen di bulan Juni dibanding Juni 2021.
Data tersebut juga memicu penurunan harga minyak Kamis (14/7/2022), karena baiknya suku bunga AS akan membuat permintaan tehadap minyak menurun.
Harga minyak mentah berjangka Brent untuk pengiriman September turun 20 sen atau 0,2 persen, menjadi diperdagangkan di 99,37 dolar AS per barel.
Kemudian harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS untuk pengiriman Agustus berada di 95,93 dolar AS per barel, turun 37 sen atau 0,4 persen, setelah naik 46 sen di sesi sebelumnya.
Baca Juga: Harga Emas Antam Naik Tipis Hari Ini Jadi Rp 967.000 Per Gram
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.