JAKARTA, KOMPAS. TV – Indonesia harus mewaspadai kemungkinan dampak dari peristiwa penembakan terhadap mantan Perdana Menteri Jepang Shinzo Abe. Pembunuhan Abe disebut bisa menginspirasi tindakan serupa kepada pejabat di Indonesia.
Pendapat ini disampaikan pengamat intelijen Marsda Purnawirawan Prayitno Ramelan dalam keterangan yang diterima KOMPAS.TV, Sabtu (9/7/2022).
Menurutnya, aksi pelaku bernama Tetsuya Yamagami yang menyerang Abe seorang diri dapat mengilhami pelaku teror lainnya bertindak seorang diri. Dalam istilah intelijen, kata Prayitno, tindakan terror seorang diri disebut 'lone wolf'.
Baca Juga: Sempat Viral, Video Pembunuhan Shinzo Abe Dihapus Facebook dan Twitter
“Secara psikologis, kasus ini bukan tidak mungkin bisa menginspirasi baik lone wolf, mereka-mereka yang tidak puas atau juga kelompok radikal di negara lain termasuk di Indonesia,” ungkapnya.
Dia mengatakan, pembunuh Shinzo Abe pun bisa saja terinspirasi dari sejumlah kasus penembakan acak di Amerika Serikat yang belakangan diketahui, para pelakunya beraksi seorang diri.
“Bila dia (Tetsuya Yamagami) lone wolf, mungkin bisa saja terinsipirasi beberapa kasus penembakan di Amerika Serikat dan beberapa negara lain baru-baru ini,” ungkapnya.
Baca Juga: Tertangkap Kamera! Gerak-gerik Pelaku Sebelum Tembak Shinzo Abe dari Belakang
Dia mengatakan, kasus penembakan Shinzo Abe sebaiknya menjadi bahan pemikiran badan intelijen, Polri dan Pasukan Pengamanan Presiden (PaspampresI di Indonesia. Terutama, terkait pengamanan pejabat, mantan pejabat serta pemimpin nasional.
Apalagi, kata Prayitno, situasi dinamika politik menjelang Pemilihan Presiden 2024 semakin hangat. Persaingan yang mulai muncul antara partai politik, perorangan maupun kelompok, bisa menuju ke arah yang ekstrem.
Dia mengingatkan, di Indonesia masih ada kelompok teroris Al Qaeda, ISIS serta organisasi masyarakat garis keras yang dilarang pemerintah.
Baca Juga: Berduka, SBY Kenang Mendiang Mantan PM Jepang Shinzo Abe: Pemimpin Hebat!
“Sel-sel tidur itu masih ada dan bukan tidak mungkin, mereka terinspirasi mengirim pesan eksistensi dengan aksi spektakuler yang tidak terpikirkan sebelumnya,” ujar Prayitno.
Menurutnya, modus lone wolf bisa digunakan, karena memang aksi teror tidak harus memakan jumlah korban banyak.
“Nilai tinggi sasaran yang berdampak besar psikologisnya bisa menjadi pilihan mereka,” sebutnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.