LONDON, KOMPAS.TV — Perdana Menteri Boris Johnson mengumumkan pengunduran dirinya di tengah pemberontakan massal para pejabat tinggi pemerintahannya.
Mundurnya Boris menandai berakhirnya tiga tahun penuh gejolak kekuasaan, di mana dia terkadang dengan berani melanggar aturan politik Inggris.
Perlawanan Boris Johnson selama berbulan-bulan menguap begitu saja saat Johnson berdiri di kantornya, 10 Downing Street, dan mengakui partainya ingin dia hengkang.
"Merekalah penyebab ini pecah," kata Johnson, seperti laporan Associated Press, Kamis (7/7/2022).
"Dalam beberapa hari terakhir, saya mencoba meyakinkan rekan-rekan saya, akan eksentrik untuk mengganti pemerintahan saat kami memberikan begitu banyak dan saat kami memanggul mandat yang begitu luas," kata Johnson di luar kantornya.
"Saya menyesal tidak berhasil dalam argumen-argumen itu, dan tentu saja menyakitkan untuk tidak dapat melihat rampungnya begitu banyak ide dan proyek sendiri."
Jadwal pemilihan perdana menteri baru akan diumumkan pekan depan, kata Johnson.
Baca Juga: PM Inggris Boris Johnson Bakal Mundur, Rusia: Kami Tak Saling Suka
"Sekarang jelas keinginan Partai Konservatif di parlemen, bahwa harus ada pemimpin baru partai dan karena itu perdana menteri baru," kata Boris Johnson.
Politikus nyeleneh berusia 58 tahun yang membawa Inggris keluar dari Uni Eropa dan menavigasi negerinya melewati Covid-19 dan perang di Ukraina itu ditundukkan oleh satu skandal, melibatkan pengangkatannya terhadap politikus yang dituduh terlibat pelanggaran seksual.
Perdana menteri yang paling berantakan itu tidak pergi dengan bersih. Johnson segera mengundurkan diri sebagai pemimpin Partai Konservatif, tetapi sempat mengatakan akan tetap menjabat sebagai PM sampai partai memilih penggantinya.
Tetapi banyak orang di partai menginginkan dia hengkang sebelum itu, dan pemerintahannya sendiri dicabik-cabik sejumlah pengunduran diri.
Di antara kandidat yang mungkin untuk menggantikannya adalah mantan Menteri Kesehatan Sajid Javid, mantan Menteri Keuangan Rishi Sunak, Menteri Luar Negeri Liz Truss dan Menteri Pertahanan Ben Wallace.
Johnson berpegang teguh pada kekuasaan selama dua hari, menantang dan mengatakan kepada anggota parlemen pada hari Rabu bahwa ia memiliki "mandat kolosal" dari para pemilih dan bermaksud untuk melanjutkan pemerintahannya.
Tapi Boris terpaksa mengakui kekalahan pada Kamis pagi setelah salah satu sekutu terdekatnya, Menteri Keuangan yang baru diangkat, Nadhim Zahawi, secara terbuka mengatakan kepada Johnson untuk mengundurkan diri demi kebaikan negara.
Baca Juga: Mengejutkan, PM Inggris Boris Johnson Ungkap Bakal Mundur, Dilaporkan Minta Berkuasa hingga Oktober
Sumber : Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.