JAKARTA, KOMPAS.TV - Emil Salim merupakan ekonom senior, cendikiawan, politis, sekaligus pecinta lingkungan. Kiprahnya dalam bidang ekonomi dan lingkungan hidup tak lagi diragukan, terentang sejak era Orde Lama, Orde Baru hingga kini era Reformasi.
Lahir di Lahat, Sumatera Selatan pada 8 Juni 1930, Emil mendapatkan gelar sarjana ekonomi dari Universitas Indonesia 14 tahun usai pembacaan proklamasi.
Lalu, Emil memperoleh gelar PhD dari Universitas California dan pulang ke Fakultas Ekonomi UI sebagai pengajar pada tahun 1964.
Dia juga pernah menjabat sebagai Menteri Negara Pengawasan Pembangunan hingga Lingkungan Hidup Indonesia periode 1978 sampai 1993.
Kini, di usia hampir seabad (92 tahun), keponakan dari pahlawan nasional Haji Agus Salim ini tetap bernas merespons pelbagai persoalan di Indonesia. Dari ranah ekonomi, sampai ancaman krisis lingkungan akibat perubahan iklim.
Baca Juga: Di Tengah Pandemi, Pemerintah Tetap Lanjutkan Proyek Ibu Kota Negara, Ini Kata Emil Salim | Rosi
Pada ulang tahun Harian Kompas ke-57, Emil mendapatkan penghargaan Cendikiawan Berdedikasi 2022.
Penghargaan ini dipelopori oleh Jakob Oetama pada 2008 silam untuk para ilmuawan yang selalu melayani kepentingan umum lewat kepakaran mereka.
Selama pandemi Covid-19 yang melanda dunia, Emil selaku ekonom senior dan pecinta lingkungan, mempertanyakan keputusan Pemerintah Indonesia yang ingin memindahkan ibu kota negara (IKN) dari Jakarta ke Kalimantan Timur.
"Apakah pemindahan Putra Jaya ke Kuala Lumpur menyumbang pembangunan lebih tinggi? Jangan abaikan masalah di Jakarta, perbaiki masalah ancaman kenaikan permukaan laut," kata Emil di acara Rosi KOMPAS TV, November 2021.
"Kita dalam krisis Covid dan post Covid. Di dalam ekonomi yang serba belum pasti. Karena Covid, ekonomi tidak naik. Jangan paksakan pindah ibu kota."
Namun, kini pandemi virus corona berangsur membaik. Kehidupan seakan kembali normal. Meski demikian, kondisi tetap tidak kembali seperti sebelumnya.
"Bisakah kita merangkai kembali peri kehidupan masyarakat bangsa atas pulihnya dari penyakit Covid-19? Dari dereligiositas ke religiositas, dari dehumanisasi ke humanisasi, dari desosialisasi ke sosialisasi. Kita kembali ke akar!," kata Emil kala menerima penghargaan Cendikiawan Berdikasi 2022, dikutip dari Harian Kompas, Selasa (28/6).
Baca Juga: Harapan Prof. Emil Salim untuk Indonesia di Tahun 2045 | Rosi
Pembangunan yang kian gencar juga menyadarkan Emil soal pentingnya menjaga lingkungan hidup.
Emil bahkan merasa ekonomi yang dia pelajari adalah hal yang keliru.
"Bukan eksploitatif, tapi enrichment atau pengkayaan sumber daya alam. Pembangunan ekonomi keliru arahnya. Bukit jadi semen demi bendera pembangunan. Bagaimana nasib generasi selanjutnya?," sebut Emil kepada KOMPAS TV.
Profil Emil Salim
Sumber : Kompas TV/Harian Kompas
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.