TEHRAN, KOMPAS.TV — Pemerintah Iran, Minggu (26/6/2022), seperti dikutip Associated Press, mengatakan mereka meluncurkan roket berbahan bakar padat ke luar angkasa.
Pengumuman tersebut langsung memicu teguran dari Washington menjelang dimulainya kembali perundingan kesepakatan nuklir Teheran yang macet dengan beberapa negara kekuatan dunia.
Belum jelas kapan atau di mana tepatnya roket itu diluncurkan, namun pengumuman itu muncul setelah foto-foto satelit menunjukkan persiapan di Pelabuhan Luar Angkasa Imam Khomeini di provinsi Semnan pedesaan Iran, tempat Iran sering gagal untuk menempatkan satelit ke orbit.
Media yang dikelola pemerintah Iran menayangkan rekaman dramatis ledakan dengan latar belakang meningkatnya ketegangan atas program nuklir Teheran, yang terus melaju di bawah pengawasan internasional yang semakin berkurang.
Iran sebelumnya mengakui mereka merencanakan beberapa tes untuk roket Zuljanah yang mampu membawa satelit, dinamai dari kuda Imam Hussein, cucu Nabi Muhammad SAW.
Tidak segera jelas apakah Iran berhasil meluncurkan pembawa satelit ke orbit yang dimaksud.
Gedung Putih mengatakan mereka mengetahui pengumuman Iran dan menggambarkan tindakan seperti itu sebagai "tidak membantu dan tidak stabil."
Dikatakan, pihaknya berkomitmen menggunakan sanksi dan langkah-langkah lain untuk mencegah kemajuan lebih lanjut dalam program rudal balistik Iran.
Baca Juga: Iran Peringatkan Israel, Tak akan Toleransi ‘Aksi Provokatif’ Sabotase Nuklir
Berita itu muncul setelah kepala kebijakan luar negeri Uni Eropa, Josep Borrell, melakukan perjalanan ke Teheran dalam upaya untuk menghidupkan kembali negosiasi atas program nuklir Iran yang buntu selama berbulan-bulan.
Beberapa poin mencuat tetap ada, termasuk tuntutan Teheran agar Washington mencabut sanksi terorisme terhadap pasukan Garda Pengawal Revolusi.
Borrell mengatakan pembicaraan mengenai kesepakatan nuklir akan dilanjutkan di sebuah negara di Teluk Persia dalam beberapa hari mendatang. Media Iran melaporkan bahwa Qatar berkemungkinan akan menjadi tuan rumah negosiasi tersebut.
Mantan Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump menarik AS dari kesepakatan nuklir tahun 2018 dan menerapkan kembali sanksi berat terhadap Iran.
Teheran menanggapi dengan sangat meningkatkan pekerjaan nuklirnya dan sekarang memperkaya uranium lebih dekat dari sebelumnya ke tingkat senjata nuklir.
Sumber : Kompas TV/Associated Press
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.