JAKARTA, KOMPAS.TV - Presiden Joko Widodo (Jokowi) bakal berkunjung ke Rusia dan Ukraina untuk menemui presiden kedua negara tersebut.
Sebanyak 39 personel pasukan pengamanan presiden (Paspampres) akan mengawal, dan skenario penyelamatan untuk memastikan keamanan kepala negara selama kunjungan pun sudah diantisipasi.
Rencana kunjungan Presiden Jokowi ke Rusia dan Ukraina membuat pengamat militer Connie Rahakundinie Bakrie angkat bicara. Ia menyarankan agar Presiden Jokowi tidak bertemu dengan Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky di Kiev.
“Saya saran bertemu di perbatasan saja, tidak perlu ke Kiev, karena potensi force fight (terpaksa berperang, red) -nya banyak sekali,” ujarnya, Jumat (24/6/2022).
Baca Juga: Paspampres Siapkan Helm dan Rompi Antipeluru Untuk Jokowi Saat ke Ukraina
Ia juga berharap, ada pernyataan resmi dari Ukraina dan Rusia terkait tidak ada serangan untuk sementara atau gencatan senjata, saat Presiden Jokowi berada di sana.
Menurut Connie, konflik yang terjadi antara Rusia dan Ukraina tidak hanya melibatkan dua negara, melainkan juga NATO, yang terdiri dari banyak negara.
Connie berpendapat, langkah Jokowi bertemu Presiden Rusia dan Ukraina meneruskan semangat Bung Karno yang ingin mendamaikan dunia. Ia juga sudah menyampaikan kekhawatiran terkait keamanan Presiden Jokowi dalam kunjungan ke menteri luar negeri.
“Menlu menjamin keamanan terjaga dengan baik. Saya berharap segala potensi force fight bisa ditekan karena yang bertanggung jawab bukan Ukraina dan Moskow, ini adalah perang NATO terhadap Rusia di tanah Ukraina,” ucapnya.
Sementara, anggota Komisi 1 Fraksi Nasdem M. Farhan, menilai langkah Presiden Jokowi berkunjung ke Rusia dan Ukraina sebagai bentuk diplomasi wong ndeso. Terlebih, sebelumnya Presiden Amerika Serikat (AS) Joe Biden memojokkan Jokowi sebagai Presiden G20 untuk mendatangkan Putin dan Zelensky.
Kemudian, melalui duta besar masing-masing, kedua pemimpin negara yang tengah berperang itu menyampaikan tidak berani datang ke Indonesia karena alasan keamanan. Oleh karena itu, Presiden Jokowi melakukan manuver dengan datang ke Rusia dan Ukraina.
Farhan meyakini, langkah berani yang diambil Presiden Jokowi sangat tepat. Ia juga meyakini kemampuan Jokowi sebagai seorang politisi yang bisa berdiplomasi saat dihadapkan pada beberapa peristiwa.
Baca Juga: Komentar Pakar Hukum Internasional Soal Kunjungan Jokowi Ke Rusia Dan Ukraina
“Pada unjuk rasa 212, Jokowi datang untuk salat Jumat bersama Habib Rizieq. Ancamannya saat itu, Jokowi bisa dikudeta, tetapi dia bisa tenang dan datang. Demikian pula ketika Formula E yang disebut-sebut acaranya Anies Baswedan, tetapi Jokowi membuktikan diri dengan hadir,” tuturnya.
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.