JAKARTA, KOMPAS.TV – Harga komoditas cabe, bawang merah dan telur belakangan terus melonjak dan menyebabkan keresahan di masyarakat. Menyikapi persoalan ini, Direktur Jenderal Perdagangan Dalam Negeri Kemendag Oke Nurwan, telah menyiapkan beberapa upaya mitigasi untuk menstabilkan harga komoditas tersebut.
“Kenaikan cabe disinyalir karena curah hujan tinggi dan serangan penyakit patek di sentra produksi seperti Tuban, Blitar dan Kediri yang menyebabkan panen berkurang signifikan,” sebut Oke dalam rilis data Perkembangan Harga, Inflasi Dan Stok Indikatif Barang Kebutuhan Pokok pada Selasa (21/6/2022) kemarin.
Adapun, upaya mitigasi yang dilakukan dalam stabilkan harga yaitu, pertama, bekerjasama dengan Perhutani untuk menyediakan lahan seluas ±200 ha sebagai penyangga komoditas cabai di wilayah Jabodetabek.
Kedua, mendorong implementasi penerapan teknologi pasca panen dan metode penyimpanan cabai dalam rangka memperpanjang masa simpan (teknologi CAS-Controlled Atmosphere Storage dan Ozonisasi serta metode flash freeze).
Ketiga, mendorong penyerapan cabai oleh industri pengolah langsung ke petani melalui skema kontrak (contract farming).
“Juga mendorong konsumsi cabai olahan sehingga dapat memperpanjang daya simpan harga dan dapat lebih mengendalikan harga cabai segar,” tuturnya.
Baca Juga: Pantauan Ikappi, Harga Pangan Terus Naik
Kemudian, soal kenaikan telur, Oke muturkan, hal itu disebabkan oleh kenaikan harga pakan dan peternak melakukan pengurangan populasi ayam karena harga jual telur ayam ras seringkali berada di bawah Harga Pokok Penjualan (HPP), khususnya pada kuartal I tahun 2022.
Upaya mitigasi yang dilakukan, yaitu menugaskan Perum BULOG melalui surat No. 285/MDAG/SD/3/2022 untuk menyediakan jagung pakan ternak sebesar 50.000 ton guna membantu pemenuhan kebutuhan peternak layer skala mikro dan kecil. Realisasi per 19 Juni 2022 sebesar 14.920,23 ton.
Lalu, berkoordinasi dengan Kemensos dan K/L terkait agar pembagian Bantuan Pangan Non Tunai (BPNT) dilakukan setiap bulan dan tidak dirapel seperti yang terjadi periode Nataru 2021, mengevaluasi harga acuan.
Kemudian, berdasarkan rapat 4 Februari dengan pelaku usaha diusulkan Rp27.000 per kg, mendorong adanya cadangan jagung pakan pemerintah dan mendorong penyaluran telur ayam dari wilayah surplus ke wilayah defisit.
Untuk kenaikan bawang merah, hal itu karena beberapa sentra produksi di wilayah pulau Jawa seperti di Nganjuk, Demak, dan Probolinggo pada bulan Mei masa panen telah berakhir.
Ditambah, tengah memasuki masa tanam sehingga pasokan bawang dari daerah sentra tersebut berkurang yang mengakibatkan pasokan bawang merah di pasaran berkurang.
“Pasokan diperkirakan akan kembali normal pada masa panen raya bulan Juli sampai dengan September,” kata Oke.
Adapun, upaya mitigasi penstabilan harga yang dilakukan yaitu, identifikasi potensi produksi dan sebaran distribusi sentra produksi bawang merah berkoordinasi dengan Direktorat Sayuran dan Tanaman Obat, Ditjen Hortikultura Kementan.
Mendorong pemanfaatan fasilitas Sistem Resi Gudang (SRG) berteknologi CAS di daerah sentra produksi Brebes.
“Juga mendorong dan meningkatkan pasar lelang komoditas agro di daerah sebagai upaya menciptakan sistem perdagangan yang lebih baik melalui mekanisme pembentukan harga dan peningkatan efisiensi pemasaran,” tutupnya.
Sumber : Kompas TV/Kontan.co.id
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.