JAKARTA, KOMPAS.TV - Harga minyak dunia melemah pada perdagangan di Asia pada Rabu (22/6/2022) pagi. Harga minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) AS merosot 1,34 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi diperdagangkan di 108,18 dolar AS per barel.
Mengutip dari Antara, Rabu (22/6/2022), minyak mentah berjangka Brent turun 1,33 dolar AS atau 1,2 persen, menjadi diperdagangkan di 113,32 dolar AS per barel.
Turunnya harga minyak disebabkan oleh sentimen pasar yang menanggapi kebijakan Presiden AS Joe Biden, yang akan menerapkan insentif penangguhan pajak BBM. Selama ini, setiap galon bensin di AS dikenakan pajak sebesar 18,4 sen.
Beleid itu diterapkan Biden untuk menurunkan harga BBM yang sangat tinggi di AS. Biden juga meminta perusahaan-perusahaan besar AS untuk meringankan beban rakyat AS.
Baca Juga: Harga Minyak Goreng Curah di Jakarta Mulai Turun, Berikut Detailnya
Ia akan menggelar pertemuan dengan tujuh perusahaan minyak pada Kamis (23/6/2022). Gedung Putih akan meminta mereka untuk menurunkan harga bensin yang mereka produksi.
Di sisi lain, Kepala Eksekutif Chevron Michael Wirth menilai, menekan industri minyak bukanlah langkah yang bijak untuk mengatasi enakan harga bensin.
"Tindakan ini tidak bermanfaat untuk memenuhi tantangan yang kami hadapi," kata Wirth dalam surat yang ditujukan kepada Biden.
Kenaikan harga minyak saat ini diperkirakan masih akan terus berlanjut. Pasalnya permintaan konsumen akan minyak terus bertambah, namun pasokan minyak dunia akan semakin ketat. Lantaran sanksi embargo minyak Rusia oleh Eropa belum berlaku.
Baca Juga: Detik-detik Joe Biden Jatuh dari Sepeda, Gedung Putih Ungkap Kondisi
Jika sanksi diberlakukan, pasokan minyak dunia yang biasanya diisi Rusia, akan semakin berkurang.
"Pasar masih berdamai dengan meningkatnya gangguan terhadap minyak Rusia. Sanksi Eropa belum berlaku," kata analis ANZ Research.
Sumber : Antara
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.