JAKARTA, KOMPAS.TV- Presiden Joko Widodo mengatakan, dunia sekarang penuh dengan ketidakpastian karena krisis yang bertubi-tubi akibat dari pandemi Covid-19 dan perang Rusia-Ukraina.
Pernyataan itu disampaikan Presiden Jokowi dalam sambutannya di Rakernas II PDI Perjuangan Desa Kuat, Indonesia Maju dan Berdaulat, Selasa (21/6/2022).
“Krisis karena pandemi, mau pulih kemudian ada perang, kemudian masuk merembet kemana-mana, seperti yang disampaikan Ibu Mega tadi, masuk ke krisis pangan, masuk ke krisis energi, masuk ke krisis keuangan. Kalau kita semakin tahu semakin ngeri,” kata Jokowi.
Baca Juga: Jokowi: Terima Kasih, Seumur-umur Saya Tidak Pernah Berulang Tahun Dirayakan Seperti Tadi
“Angka-angkanya Saya diberi tahu, ngeri kita, Bank Dunia menyampaikan, IMF, UN PBB menyampaikan, terakhir baru kemarin saya mendapat informasi, 60 negara akan ambruk ekonominya 42 dipastikan sudah menuju ke sana.”
Dari gambaran tersebut, Presiden Jokowi pun mempertanyakan siapa yang akan membantu jika 42 negara yang mengalami krisis.
Sebab banyaknya jumlah negara yang mengalami ekonomi ambruk, tentu tidak mudah bagi lembaga internasional untuk membantu.
“Siapa yang mau membantu mereka kalau sudah 42, mungkin kalau 1,2,3 negara krisis, bisa dibantu mungkin dari lembaga-lembaga internasional, tapi kalau sudah 42 nanti betul dan mencapai bisa 60 betul kita nggak ngerti apa yang harus kita lakukan,” ujarnya.
Baca Juga: Ekspresi Malu Megawati Jadi Sorotan saat Jokowi Ucapkan Kecantikannya Tak Pernah Pudar
“Sehingga berjaga-jaga, waspada, hati-hati adalah hal yang sangat kita perlukan.”
Jokowi menuturkan hati-hati mengenai situasi saat ini karena memang kondisi tidak berada pada posisi normal.
Apalagi, begitu krisis keuangan masuk ke krisis pangan, masuk ke krisis energy.
“Mengerikan, saya kita kita tahu semuanya. Sudah 1, 2, 3 negara yang mengalami itu tidak punya cadangan devisa tidak bisa beli BBM, tidak punya cadangan devisa tidak beli bisa beli pangan, tidak bisa impor pangan, karena pangannya, energinya impor semuanya,” kata Jokowi.
“Kemudian terjebak juga kepada pinjaman utang yang sangat tinggi.”
Sumber : Kompas TV
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.