LONDON, KOMPAS.TV - Musuh Vladimir Putin yang juga miliuner Rusia yang diasingkan, Mikhail Khodorkovsky memberikan perkiraan mengenai nasib Presiden Rusia itu.
Khodorkovsky menegaskan serangan Rusia ke Ukraina bakal berujung kematian Putin.
Khodorkovsky, melalui seorang penterjemah, mengungkapkan pemikirannya atas nasib Putin tersebut saat diwawancarai Financial Times, Sabtu (18/6/2022).
Sebagian wawancara itu dikutip oleh Newsweek. “Jika ia sekarang menang di Ukraina, karena masalah domestik, ia akan memulai perang melawan NATO, dan akan kalah karena perang tersebut,” tuturnya.
Baca Juga: Tak Takut AS, Rusia Tidak Akan Tunduk Meski Biden Terus Kirim Senjata ke Ukraina
“Jika bukan karena begitu banyak korban, saya akan mengatakan sebenarnya cukup senang karena ia telah memulai rute yang mengarah pada kematiannya,” tambahnya.
Namun, Khodorkovsky menegaskan kemenangan Ukraina sepenuhnya akan bergantung pada Barat.
Khodorkovksy, yang merupakan mantan wakil Menteri Energi Rusia juga menegaskan dirinya tak setuju dengan ucapan mantan Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS), Henry Kissinger.
Bulan lalu, Kissinger mengungkapkan Ukraina seharusnya memberikan beberapa bagian wilayahnya untuk mencapai perdamaian dengan Rusia.
“Ia (Kissinger) tak menyadari bahwa tak akan ada kesepakatan dengan gangster saat Anda berada di posisi yang lemah,” tuturnya.
“Ia tak menyadari bahwa bagi Putin, perang adalah cara normal untuk mencapai meningkatnya suara pemilih. Ia telah memulai perang empat kali,” tambah Khodorkovsky.
Baca Juga: Anggota Parlemen Ukraina Akui Kehilangan Wilayah yang Diduduki Rusia, Tapi Tak Akan Menyerah
Pada 2003, Khodorkovsky merupakan orang terkaya Rusia, tetapi dihukum penjara sembilan tahun pada 2005 karena penipuan dan penggelapan pajak.
Namun ia menegaskan penuntutan terhadapnya dilaraebelakangi masalah politik.
Khodrkovsky sendiri saat ini tinggal di London, Inggris.
Pada April lalu, ia juga mengungkapkan Putin menjadi gila, sxaat serangannya ke Ukraina tak mendapat reaksi positif dari rakyat Ukraina.
Sumber : Financial Times/Newsweek
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.