BEIJING, KOMPAS.TV - China berhasil melakukan uji coba rudal anti-balistik jarak menengah pada Minggu malam (19/6/2022), kata kementerian pertahanan China seperti laporan Bloomberg, Senin, (20/6/2022).
Uji peluru kendali anto-balistik berbasis darat tersebut diklaim berhasil "mencapai tujuan yang diharapkan" dan bersifat defensif dan tidak ditargetkan pada satu negara, menurut pernyataan itu.
China melakukan tes serupa pada Februari 2021 dan menjadikan penghitungan tes teknis rudal anti-balistik berbasis darat China yang diumumkan secara publik menjadi enam, media pemerintah Global Times melaporkan.
Tes itu dapat menambah ketegangan di wilayah yang sudah bergejolak, di mana Beijing dan Washington bersaing untuk mendapatkan pengaruh.
Tetangga Korea Utara juga telah meningkatkan uji coba misilnya dalam beberapa bulan terakhir, mendorong Korea Selatan dan AS untuk menanggapi provokasinya.
Baca Juga: Ini Keistimewaan Fujian, Kapal Induk Tercanggih China, Disebut Sekelas Kapal Induk Terbaru AS
Sebelumnya, China baru saja meluncurkan Kapal Induk ketiga dan tercanggihnya, Fujian.
Peluncuran Kapal induk ketiga sekaligus tercanggih China pada Jumat (17/6/2022) membawa negara komunis itu selangkah lebih dekat ke tujuannya. Yakni, membangun angkatan laut berkemampuan tempur samudera dengan setidaknya enam kelompok tempur kapal induk pada tahun 2035, seperti laporan South China Morning Post.
Fujian - dinamai menurut nama provinsi pesisir tenggara China - meninggalkan galangan kapal Jiangnan di Shanghai, setelah setidaknya dua penundaan. Peluncuran itu disiarkan oleh televisi negara bagian CCTV.
Kapal perang Type 003, dengan nomor lambung 18 itu adalah kapal induk pertama di armada China yang menggunakan ketapel elektromagnetik untuk meluncurkan pesawat dari geladak.
Peluncuran Fujian menjadikan Type 003 kelas kapal induk kedua di dunia, sekelas kapal induk terbaru AS, Gerald R Ford Angkatan Laut (AL) AS. Kapal induk itu menggunakan sistem ketapel elektromagnetik canggih yang memungkinkan pesawat diluncurkan lebih sering dan dengan muatan bahan bakar dan amunisi yang lebih besar.
Ini berarti, akan lebih banyak serangan mendadak dan jangkauan serangan dan pengintaian yang lebih jauh dibandingkan dengan peluncur di dua kapal induk China lainnya, Liaoning dan Shandong.
Sumber : Kompas TV/Bloomberg
Gabung ke Channel WhatsApp KompasTV untuk update berita terbaru dan terpercaya.